Sultan Saladin, Pahlawan Islam Di Perang Salib
Dia di kenal sebagai raja, panglima perang yang jago strategi, pemimin umat dan sekaligus sosok yang santun dan penuh toleransi. Banyak menuskrip yang mencatat “Saladin Sang Raja Mesir” (Saladin King Of Egypt) sebagai simbol kekuasaan Eropa. Namanya tidak bisa di lepaskan dari sejarah perang salib yang membawa kejayaan islam. Sultan Saladin lahir dengan nama Salahidun Yusuf Ibn Ayyub di Tikrit, dekat sungai Tigris dari sebuah keluarga Kurdi. Ia di kirim ke Damaskus, Seria untuk menambah ilmu. Selama 10 tahun ia berguru pada Nur Ad-Din (Nureddin). Setelah berguru militer pada pamannya, negarawan seljuk dan pimpinan pasukan shirkuh, ia di kirim ke mesir untuk menghadang perlawanan Kalifah Fatimiyah pada tahun 1160. Sepeninggal Nur Ad-Din barulah ia mulai serius memerangi kelompok muslim sempalan dan pemberontak kristen. Dia bergelar Sultan di Mesir dan menjadi pendiri Dinasti Ayyubi serta mengembalikan ajaran Sunni ke Mesir.
Terlibat Dalam Perang Salib
Sepeninggalan Nur Ad’din Saladin menjadi penguasa Damaskus, ia menikahi janda Nur Ad’din dan menaklukan 2 kota penting Aleppo dan Mosul. Saat menaklukan Aleppo 22 Mei 1176, nyawanya nyaris melayang karena usaha pembunuhan.
Juli 1187 Saladin menyerang kerajaan Jerusalem dan terlibat dalam pertempuran Hattin, ia berhasil mengeksekusi Reynald dan rajanya, Guy Of Lusiqnan. Dia kembali ke Jerusalem 02 Oktober 1187, 88 tahun setelah kaum salib berkuasa. Berbagai medan pertempuran di laluinya, dengan satu pesan yang sama kepada pasukannya, minimalkan pertempuran darah, jangan melukai wanita dan anak – anak. Perang salib II menelan biaya yang tak sedikit dari kubu Kristen. Inggris mengucurkan dana bantuan yang di kenal dengan istilah “Saladin Tithe” (Zakat melawan Saladin). Di luar perkiraan ke dua pasukan Saladin dan King Richard I saling berjabat tangan dan menghormati satu sama lain dan keduanya sepakat berdamai. Bahkan adik Richard dinikahkan dengan saudara Saladin. Setelah kepergian Richard, saladin wafat pada tahun 1193 di Damaskus.
Perang Salib
Perang salib pada hakikatnya bukan perang agama, melainkan perang merebut kekuasaan daerah. Hal ini di buktikan bahwa tentara salib dan tentara muslim yang bertukar ilmu pengetahuan. Skema penomoran tradisional atas perang salib memasukan 9 ekspedisi besar ke tanah suci selama abad ke-11 sampai dengan abad ke-13. “perang salib” lainnya yang tidak bernomor berlanjut hingga abad ke-16 dan berakhir ketika iklim politik dan agama di Eropa berubah secara signifikan selama masa renaissance.
Perang salib berpengaruh sangat luas terhadap aspek – aspek politik, ekonomi dan sosial, yang mana beberapa bahkan masih berpengaruh sampai masa kini. Karena konflik internal antara kerajaan kristen dan kekuatan – kekuatan politik, beberapa ekspedisi perang salib (seperti perang salib ke empat) bergeser dari tujuan semulanya dan berakhir dengan di jarahnya kota – kota kristen, termasuk ibu kota Byzantium Konstanstinopel. Perang salib ke enam adalah perang salib pertama yang bertolak tanpa restu resmi dari greja katolik dan menjadi contoh preseden yang memperbolehkan penguasa lain untuk secara individu menyerukan perang salib dalam ekspedisi berikutnya ke tanah suci. Konflik internal antara kerajaan – kerajaan muslim dan kekuatan – kekuatan politikpun mengakibatkan persekutuan antara faksi melawan faksi lainnya seperti persekutuan antara kekuatan tentara salib dengan kesultanan rum yang muslim dalam perang salib kelima.
Asal mula ide perang salib adalah perkembangan yang menjadi di Eropa Barat sebelumnya pada abad pertengahan, selain itu juga menurunnya pengaruh kekaisaran Byzantium di Timur di sebabkan oleh gelombang baru serangan muslim Turki.
Perang salib adalah sebuah gambaran dari dorongan ke agamaan yang intens yang merebak pada akhir abad ke-11 di masyarakat. Seorang tentara salib sesudah memberikan sumpah sucinya, akan menerima sebuah salib dari Paus atau Wakilnya dan sejak saat itu akan dianggap “tentara gereja”. Hal ini sebagian adalah karena adanya kontroversi, yang berlangsung mulai tahun 1075 dan masih berlangsung selama perang salib pertama. Karena kedua belah pihak yang terlibat dalam kontroversi investiture berusaha untuk menarik pendapat publik, maka masyarakat menjadi terlibat secara pribadi dalam pertentangan keagamaan yang dramatis.
Selanjutnya penebusan dosa adalah faktor penentuan dalam hal ini. Ini menjadi dorongan bagi setiap orang yang merasa pernah berdosa untuk mencari cara menghindar dari kutukan abadi di neraka. Persoalan ini di perdebatkan dengan hangat oleh para tentara salib tentang apa sebenarnya arti dari “peebusan dosa” itu. Kebanyakan mereka percaya bahwa dengan merebut yerusalem kembali mereka akan di jamin masuk surga pada saat mereka meninggal dunia. Akan tetapi suatu teori menyatakan bahwa jika seseorang gugur ketika bertempur untuk yerusalam “penebusan dosa” itu berlaku. Teori ini mendekati kepada apa yang di ucapkan oleh Paus Urbanus II dalam pidato – pidatonya. Ini berarti bahwa jika para tentara salib berhasil merebut Yerusallam maka orang – orang selamat dalam pertempuran tidak akan di berikan “penebusan”. Teori yang lain menyebutkan bahwa jika seorang telah sampai ke Yerusallem, orang tersebut akan di bebaskan dari dosa – dosanya sebelum perang salib. Oleh karena itu, orang tersebut akan tetap biasa masuk neraka jika melakukan dosa sesudah perang salib.
Situasi Timur Tengah
Keberadaan muslim di tanah suci harus di lihat sejak penaklukan bangsa Arab terhadap Palestina pada abad ke-7. ketika pada tahun 1009, Kalifah Bani Fatimiah, Al-Hakim Bin Amr Allah memerintahkan menghancurkan gereja makam suci (Church Of The Haly Sepulcher).
Penyebab Langsung
Penyebab langsung dari perang salib pertama adalah permohonan kaisar Alexius I kepada Paus Urbanus II untuk menolong kekaisaran Byzantium menahan laju invasi tentara muslim ke dalam wilayah kekaisaran tersebut.a pada tahun 1071a, di pertempuran manzikert, kekaisaran Byzantium telah di kalahkan oleh pasukan muslim seljuk dan kekalahan ini berujung kepada di kuasainya hampir seluruh wilayah Asia kecil (Turki modern). Ketika perang salib di dengungkan pada tahun 1095, para pangeran Kristen dari Iberia sedang bertempur untuk keluar dari pegunungan Galicia dan Austria, Wilayah Basque dan Navarre, dengan tingkat keberhasilan yang tinggi, selama seratus tahun.
Ketidak bersatuan penguasa – penguasa muslim merupakan faktor yang penting dan kaum Kristen yang meninggalkan para wanitanya di garis belakang, amat sulit untuk di kalahkan.
Sesudah Perang Salib Pertama
Perang salib pertama melepaskan gelombang semangat persamaan paling suci sendiri di ekspresikan dengan pembantaian terhadap orang – orang Yahudi yang menyertai pergerakan tentara salib melintasi Eropa dan juga di perlakuan kasar terhadap pemeluk Kristen Ortehodox Timur. Kekerasan terhadap Kristen Ortodoks ini berpuncak pada penjarahan kota konstatinopel pada tahun 1024 dimana seluruh kekuatan tentara salib ikut serta. Selama terjadinya serangan – serangan terhadap orang Yahudi, pendeta lokal dan orang Kristen berupaya melindungi orang Yahudi dari pasukan salib yang melintas. Orang Yahudi sering kali di berikan perlindungan di dala gereja atau bangunan kristen lainnya, akan tetapi, massa yang beringas selalu menerobos masuk dan membunuh mereka tanpa pandang bulu.
Pada abad ke-13 perang salib tidak pernah mencapai tingkat kepopuleran yang tinggi di masyarakat. Sesudah kota Acra jatuh untuk terakhir kalinya pada tahun 1291 dan sesudah penghancuran bangsa Occitan (Prancis selatan) yang berpaham Catharisme pada perang salib Al Bigensian,a ide perang salib mengalami kemerosotan nilai yang di akibatkan oleh pembenaran lembaga kepausan terhadap agresi politik dan wilayah yang terjadi di katolik Eropa.a
Orde kesatria salib mempertahankan wilayah adalah orde Knights Hospitaller. Sesudah kejatuhan Acra yang terakhir, orde ini menguasai pulau Rhodes dan pada abad ke-16 di buang ke Malta. Tentara – tentara salib yang terakhir ini akhirnya di bubarkan oleh Napoleon Bonaparte pada tahun 1798.
Politik Dan Budaya
Perang salib amat mempengaruhi Eropa pada abad pertengahan, pada masa itu sebagian besar benua di persatukan oleh kekuasaan kepausan, akan tetapi pada abad ke-14 perkembangan birokrasi yang terpusat (dasar dari negara bangsa modern) sedang pesat di Prancis, Inggris, Burgundi, Portugal, Castilia dan Aragon. Hal ini di dorong sebagian oleh dominasi gereja pada masa awal perang salib.
Meskipun benua Eropa telah bersinggungan dengan budaya islam selama berabad – abad melalui hubungan antara semenanjung Iberia dengan Sisilia, banyak ilmu pengetahuan di bidang – bidang sains, pengobatan dan arsitektur di serap dari dunia islam ke dunia Barat selama masa perang salib.
Pengalaman militer perang salib juga memiliki pengaruh di Eropa seperti misalnya kastil – kastil di Eropa mulai menggunakan bahan dan batu – batuan yang tebal dan besar seperti yang dibuat di timur, tidak lagi menggunakan bahan kayu seperti sebelumnya.
Bersama perdagangan, penemuan dan penciptaan – penciptaan sains baru mencapai Timur atau Barat. Kemajuan bangsa Arab termasuk perkembangan Al jabar, lensa dan lain – lain mencapai barat dan menambah laju perkembangan di universitas – universitas Eropa yang kemudian mengarahkan kepada masa renaissance pada abad – abad berikutnya.
Perdagangan
Pertumbuhan perdagangan membawa banyak barang ke Eropa yang sebelumnya tidak mereka kenal atau amat jarang di temukan dan sangat mahal. Barang – barang ini termasuk berbagai macam rempah – rempah, daging, batu – batu mulia, tekhnik perbuatan barang kaca yang maju, bentuk awal dari musium, jeruk, apel, hasil – hasil tanaman Asia lainnya.
Jalan – jalan yang sebagian besar tidak pernah di gunakan sejak masa pendudukan Romawi, terlihat mengalami peningkatan disebabkan oleh para pedagang yang berniat mengembangkan usahanya. Ini bukan saja karena perang salib mempersiapkan Eropa untuk bepergian akan tetapi lebih karena banyak orang ingin berpergian setelah diperkenalkan dengan produk – produk dari timur. Hal ini juga membantu pada masa – masa awal renaissance di itali, akarena banyak negara kota di Italia yang sejak awal memiliki hubungan perdagangan yang penting dan menguntungkan negara – negara salib, baik di tanah suci maupun kemudian di daerah – daerah bekas Byzantium.
Dunia Islam
Perang salib memiliki efek yang buruk tetapi terlokalisir pada dunia islam, dimana persamaan di antara “bangsa Frank” dengan “tentara salib” meninggalkan bekas yang amat dalam. Muslim secara tradisional memerlukan saladin, seorang kesatria kurdi sebagai pahlawan perang salib. Pada abad ke-21 sebagian dunia arab seperti gerakan kemerdekaan arab dan gerakan pan – islamisme masih terus menyebut keterlibatan dunia Barat di Timur Tengah sebagai “perang salib”.
Aperang salib di anggap oleh dunia islam pembantaian yang kejam dan keji oleh kaum kristen Eropa.
Komunitas Yahudi
Periode perang Salib di ungkapkan dalam banyak narasi Yahudi. Diantara narasi – narasi itu, yang terkenal adalah catatan – catatan Solomon Bar Simson dan Rabi Eliezer Bar Nathan, The Narative Of The Old Persecution yang ditulis oleh mainz anonymus dan “sefer zakhirah” dan The Bokkk Of Remembrance” oleh Rabbi Ephrain dari Bonn.
Pegunungan Kaukasus
Di pegunungan kaukasus di Georgi, di dataran tinggi khevsureti yang terpencil ada sebuah suku yang di sebut khevsurs yang di anggap merupakan keturunan langsung dari sebuah kelompok tentara salib yang terpisah dari induk pasukannya dan tetap dalam keadaan terisolasi dengan sebagian budaya perang salib yang masih utuh. Ahli Etnografi Rusia, Arnold Zisserman, yang menghabiskan 25 tahun (1842 – 1862) di pegunungan kaukasus, percaya bahwa kelompok dari dataran tinggi. Georigi ini adalah keturunan dari tentara salib yang terakhir berdasarkan dari kebiasaan, bahasa, kesenian dan bukti – bukti yang lain. Penjajahan Amerika Richard Halliburton melihat dan mencatat kebiasaan suku ini pada tahun 1935.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar