Pages

Senin, 30 Mei 2011

Kata - Kata Bijak Motivasi

Contoh yang baik adalah nasehat terbaik. 
by : Fuller
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jika kita melayani, maka hidup akan lebih berarti. 
by : John Gardne
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun. 
by : Bung Karno
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kita semua hidup dalam ketegangan, dari waktu ke waktu, serta dari hari ke hari; dengan kata lain, kita adalah pahlawan dari cerita kita sendiri. 
by : Mary McCarthy
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Apa yang nampak sebagai suatu kemurahan hati, sering sebenarnya tiada lain daripada ambisi yang terselubung, yang mengabaikan kepentingan-kepentingan kecil untuk mengejar kepentingan- kepentingan yang lebih besar. 
by : La Roucefoucauld
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Semua yang dimulai dengan rasa marah, akan berakhir dengan rasa malu. 
by : Benjamin Franklin
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Hati yang penuh syukur, bukan saja merupakan kebajikan yang terbesar, melainkan merupakan pula induk segala kebajikan yang lain. 
by : Cicero
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Orang yang berhasil akan mengambil manfaat dari kesalahan-kesalahan yang ia lakukan, dan akan mencoba kembali untuk melakukan dalam suatu cara yang berbeda. 
by : Dale Carnegie
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Istilah tidak ada waktu, jarang sekali merupakan alasan yang jujur, karena pada dasarnya kita semuanya memiliki waktu 24 jam yang sama setiap harinya. Yang perlu ditingkatkan ialah membagi waktu dengan lebih cermat. 
by : George Downing
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ancaman nyata sebenarnya bukan pada saat komputer mulai bisa berpikir seperti manusia, tetapi ketika manusia mulai berpikir seperti komputer. 
by : Sydney Harris
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Cara untuk menjadi di depan adalah memulai sekarang. Jika memulai sekarang, tahun depan Anda akan tahu banyak hal yang sekarang tidak diketahui, dan Anda tak akan mengetahui masa depan jika Anda menunggu-nunggu. 
by : William Feather
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dalam masalah hati nurani, pikiran pertamalah yang terbaik. Dalam masalah kebijaksanaan, pemikiran terakhirlah yang paling baik. 
by : Robert Hall
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Belajarlah dari kesalahan orang lain. Anda tak dapat hidup cukup lama untuk melakukan semua kesalahan itu sendiri. 
by : Martin Vanbee
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Orang-orang hebat di bidang apapun bukan baru bekerja karena mereka terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena mereka lebih suka bekerja. Mereka tidak menyia-nyiakan waktu untuk menunggu inspirasi. 
by : Ernest Newman
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka menyukainya atau tidak. 
by : Aldus Huxley
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang sudah kita miliki, tetapi kita selalu menyesali apa yang belum kita capai. 
by : Schopenhauer
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh. 
by : Andrew Jackson
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik. 
by : Evelyn Underhill
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Perbuatan-perbuatan salah adalah biasa bagi manusia, tetapi perbuatan pura-pura itulah sebenarnya yang menimbulkan permusuhan dan pengkhianatan. 
by : Johan Wolfgang Goethe
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jika orang berpegang pada keyakinan, maka hilanglah kesangsian. Tetapi, jika orang sudah mulai berpegang pada kesangsian, maka hilanglah keyakinan. 
by : Sir Francis Bacon
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Karena manusia cinta akan dirinya, tersembunyilah baginya aib dirinya; tidak kelihatan olehnya walaupun nyata. Kecil di pandangnya walaupun bagaimana besarnya. 
by : Jalinus At Thabib
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bersikaplah kukuh seperti batu karang yang tidak putus-putus-nya dipukul ombak. Ia tidak saja tetap berdiri kukuh, bahkan ia menenteramkan amarah ombak dan gelombang itu. 
by : Marcus Aurelius
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kita melihat kebahagiaan itu seperti pelangi, tidak pernah berada di atas kepala kita sendiri, tetapi selalu berada di atas kepala orang lain. 
by : Thomas Hardy
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kaca, porselen dan nama baik, adalah sesuatu yang gampang sekali pecah, dan tak akan dapat direkatkan kembali tanpa meninggalkan bekas yang nampak. 
by : Benjamin Franklin
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Keramah-tamahan dalam perkataan menciptakan keyakinan, keramahtamahan dalam pemikiran menciptakan kedamaian, keramahtamahan dalam memberi menciptakan kasih. 
by : Lao Tse
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Rahmat sering datang kepada kita dalam bentuk kesakitan, kehilangan dan kekecewaan; tetapi kalau kita sabar, kita segera akan melihat bentuk aslinya. 
by : Joseph Addison
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bagian terbaik dari hidup seseorang adalah perbuatan-perbuatan baiknya dan kasihnya yang tidak diketahui orang lain. 
by : William Wordsworth
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kita berdoa kalau kesusahan dan membutuhkan sesuatu, mestinya kita juga berdoa dalam kegembiraan besar dan saat rezeki melimpah. 
by : Kahlil Gibran
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Semua orang tidak perlu menjadi malu karena pernah berbuat kesalahan, selama ia menjadi lebih bijaksana daripada sebelumnya. 
by : Alexander Pope
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Teman sejati adalah ia yang meraih tangan anda dan menyentuh hati anda. 
by : Heather Pryor
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah. 
by : Thomas Alva Edison
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tiadanya keyakinanlah yang membuat orang takut menghadapi tantangan; dan saya percaya pada diri saya sendiri. 
by : Muhammad Ali
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh. 
by : Confusius
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis dan pada kematianmu semua orang menangis sedih, tetapi hanya kamu sendiri yang tersenyum. 
by : Mahatma Gandhi
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dia yang menciptakan mata nyamuk adalah Dzat yang menciptakan matahari. 
by : Bediuzzaman Said Nursi
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Penderitaan jiwa mengarahkan keburukan. Putus asa adalah sumber kesesatan; dan kegelapan hati, pangkal penderitaan jiwa. 
by : Bediuzzaman Said Nursi
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kebersamaan dalam suatu masyarakat menghasilkan ketenangan dalam segala kegiatan masyarakat itu, sedangkan saling bermusuhan menyebabkan seluruh kegiatan itu mandeg. 
by : Bediuzzaman Said Nursi
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Menghidupkan kembali agama berarti menghidupkan suatu bangsa. Hidupnya agama berarti cahaya kehidupan. 
by : Bediuzzaman Said Nursi
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Seseorang yang melihat kebaikan dalam berbagai hal berarti memiliki pikiran yang baik. Dan seseorang yang memiliki pikiran yang baik mendapatkan kenikmatan dari hidup. 
by : Bediuzzaman Said Nursi
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pengetahuan tidaklah cukup, maka kita harus mengamalkannya. Niat tidaklah cukup, maka kita harus melakukannya. 
by : Johann Wolfgang von Goethe
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pencegahan lebih baik daripada pengobatan. 
by : Johann Wolfgang von Goethe
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kearifan ditemukan hanya dalam kebenaran. 
by : Johann Wolfgang von Goethe
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah pincang. 
by : Einstein
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Perdamaian tidak dapat dijaga dengan kekuatan. Hal itu hanya dapat diraih dengan pengertian. 
by : Einstein
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Agama sejati adalah hidup yang sesungguhnya – hidup dengan seluruh jiwa seseorang, dengan seluruh kebaikan dan kebajikan seseorang. 
by : Einstein
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dua hal yang membangkitkan ketakjuban saya : langit bertaburkan bintang di atas dan alam semesta yang penuh hikmah di dalamnya. 
by : Einstein
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Apa yang saya saksikan di Alam adalah sebuah tatanan agung yang tidak dapat kita pahami dengan sangat tidak menyeluruh, dan hal itu sudah semestinya menjadikan seseorang yang senantiasa berpikir dilingkupi perasaan rendah hati. 
by : Einstein
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sungguh sedikit mereka yang melihat dengan mata mereka sendiri dan merasakan dengan hati mereka sendiri. 
by : Einstein
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna. 
by : Einstein
-------------------------------------------------------------------------------------------------------

Skripsi Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMPN X

(KODE PEND-AIS-0047) : SKRIPSI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMPN X








BAB I
PENDAHULUAN




A.   Latar Belakang Masalah
      Rumusan tujuan pendidikan nasional dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.


      Salah satu ciri manusia berkualitas dalam rumusan UU No. 20 Tahun 2003 di atas adalah mereka yang tangguh iman dan takwanya serta memiliki akhlak mulia. Dengan demikian salah satu ciri kompetensi keluaran pendidikan nasional adalah ketangguhan dalam iman dan takwa serta memiliki akhlak mulia.


      Selama ini pendidikan hanya tampak dari kemampuan siswa menghafal fakta-fakta walaupun banyak siswa mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi yang diterimanya, tetapi pada kenyataannya mereka seringkali tidak memahami secara mendalam subtansi materinya. Dampaknya, sebagian besar dari siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan. Mereka sangat perlu untuk memahami konsep-konsep yang berhubungan dengan tempat tinggal dan masyarakat pada umumnya di mana mereka akan hidup. Siswa memiliki kesulitan memahami konsep akademik sebagaimana mereka biasa diajarkan, yaitu menggunakan sesuatu yang abstrak dan metode ceramah.


       Adapun tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai melalui proses pembelajaran yang berdasarkan pada kurikulum 2004 adalah melatih cara berfikir dan bernalar, mengembangkan aktifitas kreatif, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan. Sedangkan salah satu prinsip pengembangan dalam kurikulum 2004 adalah prinsip berpusat pada anak.


        Dipandang dari tujuan pembelajaran secara prinsip pengembangan kurikulum 2004 tersebut, maka model pembelajaran kontruktifis merupakan salah satu model pembelajaran PAI yang sesuai dengan kurikulum 2004. Hal tersebut didukung dengan pendekatan konstruktifis yang berasal dari ide-ide pieget dan vygotsky. Pendekatan konstruktifis menekankan adanya prinsip terpusat pada peserta didik (student centered instruction) dan menyarankan penggunaan kelompok-kelompok belajar dalam proses pembelajaran. Artinya bahwa suatu pembelajaran hendaknya didominasi oleh aktivitas belajar siswa yang mandiri guna mengkonstruksi pengetahuan bagi diri mereka sendiri.


         Dunia pendidikan dewasa ini cenderung kembali kepada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik lagi jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak "mengalami" sendiri apa yang dipelajarinya, bukan "mengetahuinya". Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi "mengingat" jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Oleh karena itu pembaharuan pendidikan harus dilakukan.


         Seringkali dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi tidak sejalan dengan kenyataan yang dihadapi oleh siswa, minimal di tingkat lokal. Padahal proses pendidikan sesungguhnya dijalankan dalam rangka memenuhi kebutuhan akan sumber daya manusia yang (minimal) sanggup menyelesaikan persoalan lokal yang melingkupinya. Artinya, setiap proses pendidikan seharusnya mengandung berbagai bentuk pelajaran dengan muatan lokal yang signifikan dengan kebutuhan masyarakat. Sehingga output pendidikan adalah manusia yang sanggup untuk memetakan dan sekaligus memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh masyarakat dengan life skills yang ia dapatkan di bangku sekolahnya.


         Berdasarkan pengamatan, selama ini dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran guru terbiasa menggunakan metode konvensional, dimana siswa kurang terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa cenderung hanya mendengar dan menerima penjelasan dari guru tanpa diberi kasempatan untuk mengutarakan pendapatnya secara lebih luas dan terbuka. Kondisi seperti itu tidak memberdayakan para siswa untuk mau dan mampu berbuat untuk memperkaya belajarnya (learning to do) dengan meningkatkan interaksi dengan lingkungannya. Sehingga tidak akan bisa membangun pemahaman dan pengetahuan terhadap dunia sekitarnya (learning to know). Lebih jauh lagi mereka pun tidak memiliki kesempatan untuk membangun pengetahuan dan kepercayaan dirinya (learning to be), maupun kemampuan berinteraksi dengan berbagai individu atau kelompok yang beragam (learning to live together) di masyarakat.


           Maka saat ini yang seharusnya dilakukan oleh para guru Pendidikan Agama Islam adalah mengembangkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kompetensi peserta didik baik dalam pemahaman mengenai ajaran-ajaran agamanya, mendorong mereka untuk mengamalkannya dan sekaligus dapat membentuk akhlak dan kepribadiannya. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi terget penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat dalam jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan masalah dalam kehidupan jangka panjang. Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) disingkat menjadi CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.


         Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui dengan diterapkan model pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran PAI dapat meningkatkan life skills siswa kelas IX SMP Negeri X. Melalui pembelajaran kontekstual siswa dibawa ke dalam nuansa pembelajaran yang di dalamnya dapat memberi pengalaman yang berarti melalui proses pembelajaran yang berbasis masalah, penemuan (inquiry), independent learning, learning community, proses refleksi, permodelan sehingga dari proses tersebut diharapkan siswa dapat menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya.


         Pendidikan Agama Islam sebagai rumpun pelajaran mulai dari tingkat dasar sampai dengan perguruan tinggi yang sarat dengan muatan norma, nilai-nilai dan aktualisasi diri dalam kehidupan sehari-hari, sudah barang tentu menuntut adanya sejumlah kompetensi yang harus dimiliki siswa, sesuai dengan tuntutan kurikulum 2004, kompetensi yang harus dimiliki siswa mencakup tiga hal yaitu: 1) kompetensi kognitif; 2) afektif; dan 3) psikomotor. Gabungan dari tiga jenis kompetensi itu yang akan melahirkan life skills (keterampilan hidup). Tuntutan penguasaan kompetensi yang komprehensif ini akan berimplikasi pada proses pembelajaran dan penilaian.


       Siswa pada kelas IX ini sebenarnya mempunyai kemampuan berfikir yang bagus, pada awal pembelajaran guru memberikan kegiatan yang bervariasi sehingga dapat melayani perbedaan individual siswa, lebih megaktifkan siswa, mendorong mengembangkan kemampuan baru sehingga menimbulkan jalinan kegiatan belajar di sekolah, rumah dan lingkungan masyarakat. Melalui pembelajaran ini, siswa menjadi responsif dalam menggunakan pengetahuan dan ketrampilan di kehidupan nyata sehingga memiliki bekal life skills yang dapat diterapkan di kehidupan sehari-harinya.


B.      Rumusan Masalah
         Bertitik tolak dari masalah di atas maka permasalahan pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
  1. Bagaimana implementasi model pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran PAI di SMP Negeri X ?

  2. Apa faktor-faktor pendukung model pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran PAI di SMP Negeri X ?

  3. Apa faktor-faktor penghambat model pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran PAI di SMP Negeri X ?



C.      Batasan Masalah
         Untuk menghindari melebarnya rumusan masalah, maka peneliti membatasi pada masalah penerapan model pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan model pembelajaran ini yang dilihat dari proses pembelajaran PAI yang dilaksanakan di SMP Negeri X .


D.     Tujuan Penelitian
         Dengan berpijak dari permasalahan diatas maka tujuan yang hendak di capai dalam penelitian ini adalah:
  1. Untuk mengetahui Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual pada mata pelajaran PAI di SMP Negeri X

  2. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung model pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran PAI di SMP Negeri X

  3. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat model pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran PAI di SMP Negeri X



E.     Kegunaan Penelitian
        Adapun kegunaan dari penelitian Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual pada mata pelajaran PAI dalam meningkatkan Life Skills siswa di SMP Negeri X adalah:
  1. Sebagai bahan kajian bagi para pendidik untuk dapat diterapkan dalam pembelajarannya demi kemajuan kegiatan belajar mengajar

  2. sebagai bahan pertimbangan bagi para guru agar dapat ditindaklanjuti demi meningkatkan kualitas peseta didik

  3. Sebagai khazanah baru dalam ilmu pengetahuan khususnya dalam ilmu pendidikan.

  4. Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan yang penulis peroleh di bangku pendidikan terutama di perguruan tinggi.



F.      Definisi Istilah
        Untuk menghindari kesalahfahaman terhadap pengertian dan maksud dari judul penelitian ini, maka penulis akan menguraikan pengertian dan maksud dari judul penelitian ini, diantaranya adalah:
a. Implementasi : Pelaksanaan
b. Model Pembelajaran Kontektual : Konsep belajar yang mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
c. Pendidikan Agama Islam : Mata pelajaran tentang agama Islam yang ada dan menjadi kurikulum di SMP Negeri X


G.    Sistematika Pembahasan
        Adapun sistematika pembahasan penelitian ini disajikan dalam bentuk berikut:


BAB I : PENDAHULUAN
              Meliputi latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah dan sistematika pembahasan.


BAB II : LANDASAN TEORI
             Meliputi tinjauan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran, yang meliputi : definisi pembelajaran kontekstual, teori yang melandasi pembelajaran kontekstual, prinsip pembelajaran kontekstual, komponen-komponen pembelajaran kontekstual, karakteristik pembelajaran kontekstual, faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pembelajaran kontekstual, tahapan dan langkah-langkah pembelajaran kontekstual, penilaian pembelajaran kontekstual. Tinjauan tentang pendidikan agama islam, yang meliputi : pengertian pendidikan agama islam, dasar pendidikan agama islam, fungsi pendidikan agama islam, tujuan pendidikan agama islam. Dan implementasi model pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran pendidikan agama islam.


BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
                Meliputi pendekatan penelitian, lokasi penelitian, jenis data penelitian, sumber data penelitian, teknik mendapatkan informan, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, keabsahan data.


BAB IV : LAPORAN HASIL PENELITIAN
               Meliputi penyajian data, sejarah berdirinya sekolah, visi dan misi sekolah, letak geografis sekolah, sarana dan prasarana sekolah, keadaan guru dan non guru serta siswa, struktur organisasi sekolah, program kerja sekolah. Analisis data yang meliputi tiga pokok permasalahan didalam rumusan masalah.


BAB IV : PENUTUP
               Meliputi kesimpulan dan saran berkenaan dengan penelitian, kemudian dilanjutkan dengan daftar pustaka, dan lampiran-lampiran.

Kripsi Implementasi Remidial Teaching Dg Metode Resitasi Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas XI

(KODE PEND-AIS-0048) : SKRIPSI IMPLEMENTASI REMIDIAL TEACHING DG METODE RESITASI PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA KELAS XI








BAB I
PENDAHULUAN




A.   Latar Belakang Masalah
      Di dalam sistem pendidikan Indonesia, belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk menghasilkan suatu perubahan, menyangkut pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan nilai- nilai. Manusia tanpa belajar, akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak lain juga merupakan produk kegiatan berfikir manusia- manusia pendahulunya.


       Sebelum mempelajari secara khusus mengenai anak didik dalam kaitannya sebagaimana siswa/subjek belajar, perlu kikrannya melihat dari anak didik itu sebagai manusia. Bagaimana manusia itu bertingkah laku, apa yang menggerakkan manusia sehingga mampu mendinamisikan dirinya dalam berbagai perilaku kehidupan. Dalam hal ini, ada beberapa pandangan mengenai hakikat manusia beranggapan bahwa manusia pada hakikatnya digerakkan oleh dorongan- dorongan dari dalam dirin yang bersifat insingtif. Tingkah laku individu ditentukan dan dikontrol oleh kekuatan psikologis yang memang sejak semula sudah ada pada setiap individu.


        Siswa atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar. Sebab relevan dengan uraian diatas bahwa siswa atau anak didik yang menjadi pokok persoalan dan sebagai tumpuan perhatian. Didalam proses belajar mengajar, siswa sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Siswa atau anak didik SMAN X khususnya kelas IPS itu akan menjadi faktor penentu, sehingga menuntut dan dapat mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya. Jadi dalam proses belajar mengajar yang diperhatikan pertama kali adalah siswa/anak didik (anak berkonotasi dengan tujuan, karena anak didiklah yang memiliki tujuan), bagaimana keadaan dan kemampuanya, baru setelah itu menentukan komponen-komponen yang lain. Apa bahan yang diperlukan, bagaimana cara yang tepat untuk bertindak, alat dan fasilitas apa yang cocok untuk mendukung, semua itu harus disesuaikan dengan keadaan/karakteristik siswa atau anak didik di SMAN X khususnya kelas IPS adalah merupakan subjek belajar. Peseta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.


      Pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan untuk membentuk insan yang seutuhnya, yaitu manusia yang beriman, yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, berkepribadian disiplin, bekerja keras, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, terampil, serta sehat jasmani dan rohani. Hal ini selaras dengan tujuan pendidikan nasional. Pendidikan juga merupakan suatu jalan atau cara yang mengantarkan manusia untuk mencapai tujuan hidupnya. Bahkan pendidikan menjadi sebuah kewajiban yang harus dijalani manusia dalam kehidupannya.


Sebagaimana Hadits Nabi artinya : 
     “Menuntut wajib bagi setiap orang muslim dan muslimah" (HR. Anas ibnu Malik).


     Dalam dunia pendidikan dewasa ini muncul keyakinan bahwa untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien diperlukan metode yang mampu mengaktifkan peserta didik. Berangkat dari keyakinan tersebut, muncullah istilah cara belajar siswa aktif (CBSA). Maksudnya, dalam proses pembelajaran guru perlu menggunakan metode yang mampu mengaktifkan peseta didik. Sayangnya untuk mengaktifkan siswa seringkali guru hanya menggunakan metode bertanya atau metode diskusi. Padahal banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk mengaktifkan peserta didik, pada pembahasan kali ini penulis menggunakan metode resitasi dalam pembelajaran remedial teaching.


      Berangkat dari hal ini secara tidak langsung butuh suatu target atau tujuan pembelajaran guna menanamkan nilai- nilai dalam pendidikan yang bersifat teoritis dan praktis pada pribadi peserta didik.


       Untuk merealisasikan tujuan tersebut, tentunya pendidikan hraus ditanamkan kepada anak sejak usia dini sebagai salah satu wujud betapa pentingnya sebuah ilmu pengetahuan yang harus dimiliki bagi setiap orang. Dalam hal ini, Agama Islam sendiri sudah menjelaskan bahwa seseorang yang berilmu akan mendapatkan kemulyaan baik disisi manusia maupun Tuhannya dan Allah akan senantiasa mengangkat derajatnya sebagaimana yang difirmankan dalam surat al- Mujadalah ayat 11 yang berbunyi:


      Artinya : "Allah akan meninggikan orang-orng yang beriman diantara kamu dan orang- orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat ". (Al-Mujadalah: 11).


      Namun, tampaknya pelaksanaan pendidikan kita di sekolah belum sesuai dengan harapan di atas. Padahal dalam pendidikan guru merupakan figur sentral, agar guru mampu menunaikan tugasnya dengan baik, terlebih dahulu harus memahami dengan seksama hal-hal yang berhubungan dengan proses belajar mengajar. Namun pelaksanaan pendidikan kita disekolah belum sesuai dengan harapan-harapan. Para guru disekolah masih bekerja sendiri-sendiri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikannya. Mengapa demikian ? sebab, selama ini belum ada standart yang mengatur pelaksanaan proses pendidikan . Artinya, belum ada pedoman yang bisa di jadikan rujukan bagaimana seharusnya proses pendidikan berlangsung. Tidak dapat dipungkiri bahwa tidak semua guru menyadari dan mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Pendidikan harus menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi agar siswa tidak merasa bosan, guru harus memiliki modal pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran yang disampaikan.


          Kondisi seperti ini membutuhkan strategi pembelajaran yang dapat melibatkan semua peserta didik sehingga dapat saling membelajarkan melalui tukar fikiran, pengalaman maupun gagasan-gagasan. Salah satu alternatif yang bisa dipilih dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa yang tidak tuntas yaitu melalui remedial teaching.


        Pendidikan pada masa lampau diartikan sebagai proses individual bukan proses kelompok. Pengajaran yang dilakukan guru untuk murid- muridnya diselenggarakan secara perorangan. Oleh karena itu, siswa yang mendapat kesulitan belajar di sekolah dan di rumah tidak terlalu menonjol sebab semuanya telah dapat di pecahkan oleh gurunya pada saat berlangsungnya pengajaran di sekolah.


       Pada tahun 1930-an, pakar psikologi berpenpendapat bahwa kemampun (ability) itu bisa diukur dan pengelompokkan siswa bisa dilaakukan sehingga pengajaran klasikal dapat diselenggarakan. Kurikulum sebagai sarana untuk mencapai tujuan dibuat sesuai dengan kebutuhan individual dan kelompok. Konsekuenya, pada tahun 1940, program pendidikan dan pengajaran remedial mulai terorganisasi melalui kebijakan- kebijakan pemerintah dan butir- butir aspirasinya dimasukkan ke dalam UU pendidikan. Alat ukur pendidikan dibuat sedemikian rupa dengan maksud untuk mengembangkan cita- cita diatas. Gerakan pendidikan dan pengajaran remedial memberi harapan baik terhadap murid- murid yang mengalami kesulitan belajar. Apabila kesulitan belajar itu tidak ditangani secara serius, maka kegagalan akan dialami selama- lamanya.


         Berkenaan dengan hal ini Depdiknas (2004) mengemukakan dua cara yang dapat ditempuh yaitu: pemberian bimbingan secara khusus dan perorangan, pemberian tugas atau perlakuan (treatment) secara khusus yang sifatnya penyederhanaan dari pelaksanaan pembelajaran.


         Dalam kegiatan pembelajaran termasuk pembelajaran mandiri selalu dijumpai adanya peserta didik yang mengalami kesulitan dalam mencapai standar kompetensi, kompetensi dasar dan penguasaan materi pembelajaran yang telah ditentukan. Secara garis besar kesulitan dimaksud dapat berupa kurangnya pengetahuan prasyarat, kesulitan memahami materi pembelajaran, maupun kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas latihan dan menyelesaikan soal-soal ulangan. Secara khusus, kesulitan yang dijumpai peserta didik dapat berupa tidak dikuasainya kompetensi dasar mata pelajaran tertentu. Agar peserta didik dapat memecahkan kesulitan tersebut perlu adanya bantuan. Bantuan dimaksud berupa pemberian pembelajaran remedial atau perbaikan. Untuk keperluan pemberian pembelajaran remedial perlu dipilih strategi dan langkah-langkah yang tepat setelah terlebih dahulu diadakan diagnosis terhadap kesulitan belajar yang dialami peserta didik. Sehubungan dengan hal-hal tersebut, satuan pendidikan perlu menyusun rencana sistematis pemberian pembelajaran remedial untuk membantu mengatasi kesulitan belajar peserta didik.


         Belajar tuntas berasumsi bahwa didalam kondisi yang tepat semua peserta didik mampu belajar dengan baik, dan memperoleh hasil yang maksimal terhadap seluruh materi yang dipelajari. Tujuan pembelajaran harus diorganisir secara spesifik untuk memudahkan pengecekan hasil belajar.10 Strategi belajar tuntas dapat diterapkan secara tuntas sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan. Implementasi dalam pembelajaran klasikal, belajar tuntas banyak di implementasikan dalam sistem pembelajaran individual, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Sistem belajar tuntas mencapai hasil yang optimal ketika ditunjang oleh sejumlah media, baik perangkat keras (hardware), maupun perangkat lunak (software), termasuk penggunaan computer (internet) untuk mengefektifkan proses belajar.


         Pada dasarnya siswa dapat dikatakan tuntas apabila telah mencapai nilai maksimal, nilai maksimal yang ditentukan oleh sekolah SMAN X yaitu 75 untuk mata pelajaran PAI. Siswa yang tidak tuntas dapat mengikuti perbaikan dengan menggunakan metode Resitasi atau penugasan secara langsung yang dilakukan diluar jam pelajaran sekolah.


         Kriteria ketuntasan belajar setiap indikator dalam suatu kompetensi dasar (KD) Ditetapkan antara 0%-100%. Kriteria idial untuk masing- masing idikator lebih besar dari 60 %. Namun sekolah dapat menetapkan kriteria atau tingkat pencapaian indikator yaitu 50%, 60% atau 70%. Penetapan itu disesuaikan dengan kondisi sekolah dalam mengukur keberhasilan program yang dikembangkan.


          Penentuan kualitas suatu lembaga pendidikan sangat ditentukan oleh penilaian, penilaian-penilaian itu dilakukan untuk menilai proses pembelajaran, menilai prestasi siswa dalam suatu bidang pembelajara, menilai kemajuan lembagaitu sendiri. Penilaian proses pembelajaran yaitu menilai kegiatan pembelajaran dari awal sampai akhir pembelajaran, menilai tugas- tugas yang diberikan kepada siswa, menilai bakat siswa, dan menilai prestasi siswa dengan menilai tugas harian, ujian tengah semester (UTS), ujuan akhir semester(UAS) dan ujian naik kelas.13


          Secara realita, mayoritas di lembaga pendidikan masih banyak yang kurang tepat dalam melaksanakan pembelajaran remidi. Prakteknya bisa dikatakan mengulang lagi soal yang semula belum tuntas dan itu biasa dinamakan HER. Remedial bukan HER, melainkan perbaikan nilai bagi siswa yang belum tuntas belajarnya sesuai dengan nilai ketuntasan minimal atau Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), dengan menggunakan strategi baru, atau menugaskan kepada siswa yang pada akhirnya bisa menjawab soal yang belum tuntas. Inilah praktek remidi yang sesungguhnya.


          Oleh karena itu sekolah atau madrasah perlu menetapkan rambu-rambu kriteria standar ketuntasan belajar, sistem penilaian, pindah sekolah dan kriteria kelulusan sesuai kondisi lembagannya masing-masing. Ketuntasan belajar berisi tentang kriteria dan mekanisme penetapan ketuntasan minimal per mata pelajaran yang ditetapkan oleh sekolah atau madrasah.


B. Rumusan Masalah
     Berdasarkan dari latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka masalah pokok yang akan saya rumuskan sebagai berikut:
  1. Bagaimana implementasi remedial teaching dengan menggunakan metode resitasi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) siswa kelas XI IPS di SMAN X pada tahun pembelajaran XXXX-XXXX?

  2. Apa faktor pendukung dan penghambat remedial teaching dengan menggunakan metode resitasi pada mata pelajaran pendidikan agama islam (PAI) siswa kelas XI IPS di SMAN X pada tahun pembelajaran XXXX-XXXX?

  3. Bagaimana hasil belajar siswa setelah menggunakan remedial teaching dengan metode resitasi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) siswa kelas XI IPS di SMAN X pada tahun pembelajaran XXXX-XXXX



C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
     Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
  1. Untuk mengetahui implementasi remedial teaching dengan metode resitasi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) siswa kelas XI IPS di SMAN X pada tahun pembelajaran XXXX-XXXX.

  2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat remedial teaching dengan metode resitasi pada mata pelajaran pendidikan agama islam (PAI) siswa kelas XI di SMAN X pada tahun pembelajaran XXXX-XXXX.

  3. Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah menggunakan remedial teaching dengan metode resitasi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) siswa kelas XI IPS di SMAN X pada tahun pembelajaran XXXX-XXXX.

     Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi peneliti sendiri diharapkan sebagai pengalaman berharga dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan sekaligus memberikan motivasi untuk berkreasi dalam melakukan suatu karya ilmiah.
b. Bagi para guru khususnya Pendidikan Agama Islam SMAN X agar kreatif dan berjiwa inovatif dalam mendesain pembelajaran agama sehingga menarik, efektif dan efisien.
c. Bagi lembaga pendidikan diharapkan sebagai umpan balik bagi pembinaan dan mutu pendidikan sekolah khususnya dalam bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI)


      Dengan adanya penelitian ini diharapkan peserta didik dapat mengimplementasikan remedial teaching dengan metode resitasi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) siswa kelas X IPS DI SMAN X pada tahun pembelajaran XXXX-XXXX.


D. Definisi Operasional
     Dalam penelitian ini peneliti mengangkat judul"Implementasi remedial teaching dengan metode resitasi pada mata pelajaran pendidikan agama islam (PAI) siswa kelas XI IPS di SMAN Xpada tahun pembelajaran XXXX-XXXX".
    Untuk memudahkan judul diatas maka peneliti menuliskan dalam definisi konsep di bawah ini : 
1. Implementasi
    Implementasi artinnya penerapan, pelaksanaan. Implementasi adalah kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari kedalam situasi kongkret atau nyata mencakup aktivitas pengajaran dalam bentuk interaktif antara guru dan siswa dibawah naungan sekolah.


2. Remidial Teaching
    Remidial teaching atau pengajaran perbaikan adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan atau dengan singkat pengajaran yang membuat menjadi baik. Maka pengajaran perbaikan atau remedial teaching itu adalah bentuk khusus pengajaran yang berfungsi untuk menyembuhkan, membetulkan atau membuat jadi baik.


3. Metode
    Cara sistematis dan terpikir secara baik untuk mencapai tujuan; prinsip dan praktek- praktek pengajaran bahasa.


4. Resitasi
    Metode yang dilaksanakan secara langsung, dan penugasan ini bisa dilakukan dirumah, disekolah, diperpustakaan, dan tempat lainnya. Metode penugasan untuk merangsang anak aktif belajar baik secara individual atau kelompok. Oleh karena itu, tugas dapat dikerjakan secara individual maupun secara komunal (kelompok).


5. Pendidikan Agama Islam (PAI)
     Bidang studi atau mata pelajaran yang berisi tentang agama Allah yang diwahyukan kepada Rasul-rasulnya untuk diajarkan kepada manusia.


6. SMAN X
    Lembaga pendidikan formal tingkat menengah atas yang di tempuh setelah lulus dari tingkat menengah pertama.


     Dengan penjelasan diatas, yang dimaksud dengan judul "Implementasi remedial teaching dengan metode resitasi pada mata pelajaran pendidikan agama islam (PAI) siswa kelas XI IPS SMAN X pada tahun pembelajaran XXXX-XXXX" adalah ingin mengetahui proses remedial teaching yang tujuannya yaitu memperbaiki nilai- nilai yang kurang tuntas, dan memperbaikinya dengan metode penugasan secara langsung (resitasi).


E. Alasan Memilih Judul
  1. Remidial Teaching adalah suatu pembelajaran yang membuat jadi baik atau bersifat menyembuhkan dalam arti siswa yang tidak tuntas atau nilai kurang dari 75 % maka siswa tersebut mengikuti remidi (perbaikan).

  2. Dengan metode resitasi guru agama di SMAN I X memakai metode tersebut, karena metode ini dianggap siswa dapat menangkap dengan cepat, metode ini bersifat santai dan menyenangkan, metode resitasi disebut juga dengan penugasan tetapi bukan pekerjaan rumah (PR).

  3. Penerapan remidi dengan metode resitasi ini dapat dilakukan diperpustakaan maupun dimasjid dengan tujuan agar siswa tidak mengalami kejenuhan, guruberharap siswa dapat mendapatkan hasil yang maksimal sesuai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan.



F. Sistematika Pembahasan
    Sistematika pembahasan skripsi ini penulis susun dengan menggunakan system bab demi bab. Adapun sistematika pembahasan dalam skripsi ini adalah :


           BAB Pertama : Membahas tentang pendahuluan yang diuraikan menjadi sub bab : Latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, alasan memilih judul.


          BAB Kedua : Merupakan bab landasan teori yang terdiri dari yang pertama tentang remedial teaching yang meliputi : pengertian remedial teaching, cara-cara yang ditempuh dalam remedial teaching, perlunya pengajaran perbaikan, hubungan remedial teaching dalam proses belajar mengajar, pendekatan dalam pengajaran remedial teaching, strategi perbaikan pengajaran. Kedua tentang metode resitasi yang meliputi : pengertian metode resitasi, langkah- langkah metode resitasi, kebaikan dan kelemahan metode resitasi, tujuan metode resitasi. Ketiga tinjauan tentang mata pelajaran pendidikan agama islam (PAI). Ke empat Hasil belajar siswa setelah menggunakan remedial teaching dengan metode resitasi pada mata pelajaran pendidikan agama islam (PAI).


        BAB Ketiga : Membahas tentang metodologi penelitian meliputi : (Jenis penelitian, sasaran penelitian, jenis dan sumber data, instrument data, dan teknik analisis data) dan di akhiri dengan sistematika pembahasan.


        BAB Keempat : Membahas tentang gambaran umum obyek penelitian yang meliputi: Sejarah berdirinya SMAN X, letak geografis, visi dan misi SMAN X, Sarana dan prasarana SMAN X, struktur organisasi SMAN X, keadaan guru,media pendidikan, tata tertib di SMAN X, membahas tentang penyajian data dan hasil analisa data, berisi tentang hasil penelitian yang terdiri dari penyajian data yang diperoleh dari hasil penelitian baik secara teoritis maupun empiris, yang terdiri dari penyajian data yang bersifat kualitatif dan data yang bersifat kuantitatif.


        BAB Kelima : Membahas tentang kesimpulan dan saran- saran yang bersifat konstruktif supaya dapat dijadikan sebagai bahan panduan bagi yang membutuhkan, dan terakhir hal ini merupakan hasil akhir dari keseluruhan skripsi ini.

Skripsi Inisiatif Guru Agama Dalam Menumbuhkan Kreativitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

(KODE PEND-AIS-0049) : SKRIPSI INISIATIF GURU AGAMA DALAM MENUMBUHKAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM








BAB I
PENDAHULUAN




A. Latar Belakang
     Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.


     Berdasarkan fungsi pendidikan nasional diatas, peran guru menjadi kunci keberhasilan dalam mengembangkan misi pendidikan dan pembelajaran disekolah selain bertanggung jawab untuk mengatur, mengarahkan dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan kegiatan dikelas.


        Mengingat sangat kompleksnya tujuan pendidikan, maka betapa besar dan berat tugas seorang pendidik dalam menciptakan kualitas hasil pendidikan. Ketrampilan guru mengajar sangat besar pengaruhnya terhadap hasil pendidikan (out put). Ketrampilan guru dalam mengajar merupakan faktor yang paling dominan dalam upaya mentrasfer ilmu pengetahuan pada paserta didik, karena hal itu dapat mengatasi kebosanan siswa dalam belajar, sehingga tercipta suasana belajar yang kreatif dan menyenangkan.


        Mengajar adalah tindakan kompleks yang memerlukan inisiatif mengajar agar siswa mempunyai kreativitas yang tinggi terhadap pelajaran yang disajikan. Jika guru tidak banyak berinisiatif dalam mengajar maka kegiatan pembelajaran akan membosankan siswa, perhatian siswa kurang, mengantuk dan akibatnya tujuan pembelajaran tidak tercapai sesuai dengan harapan.


         Inisiatif dapat timbul dari mana saja, yang tercipta karena adanya dorongan atau keinginan dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Secara umum guru dikatakan inisiator apabila memiliki ciri antara lain:
  • Mengembangkan atau menyempurnakan hal yang sudah ada sehingga menjadi lebih sempurna.

  • Menemukan hal baru yang belum ada dalam dunia pendidikan.

  • Mengacu pada tujuan pendidikan nasional, institusional, dan kulikuler.

  • Mempunyai gagasan baru untuk diterapkan dalam kelas.

  • Mampu memadukan antara teori dan praktik.

  • Mampu menjabarkan buku teks ajar dengan lingkungan sekitar.

  • Memotivasi anak mempelajari lingkungan alam untuk disesuaikan dengan buku teks ajar.

  • Memberi contoh pada peserta didiknya untuk disiplin dan bertanggung jawab.

  • Memotivasi anak didik untuk mengadakan pengamatan fenomena social dan penelitian ilmiah pada alam.

  • Memotivasi peserta didik untuk mengkritisi buku teks ajar dan mengembangkannya sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat global.



       Kreativitas menurut Clark Moustakes adalah pengalaman mengespresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam dan orang lain Oleh karena itu, masa pertumbuhan siswa harus dipelihara, diisi dengan hal-hal yang sesuai dengan sifat fitrahnya yang terletak diberikan Allah perlu ditanamkan rasa ketaqwaan, keimanan, kepribadian yang baik, kreativitas, intelegensi serta situasi yang indah, kelak akan menjadi manusia yang berkepribadian baik serta berguna bagi nusa dan bangsa.


        Setiap orang mempunyai kreativitas dengan kreativitas orang dapat berkreasi dan dapat mewujudkan dirinya. Pada perwujudan diri termasuk salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia, kreativitas perlu ditumbuhkan, dipupuk dan dikembangkan, khususnya kreativitas siswa, hal itu dapat dirangsang dengan inisiatif guru. Kreativitas pada dasarnya merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, berbentuk berfikir kreatif, dan dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada.


       Berdasarkan hasil penelitian, untuk menciptakan kreativitas dibutuhkan lingkungan Pembelajaran yang kondusif, yang menyenangkan (fun), penuh rasa humor, spontan, dan memberi ruang bagi individu untuk melakukan berbagai permainan atau percobaan. Membentuk lingkungan yang kondusif seperti itu sangatlah tidak mudah bagi seorang guru. Mendorong kreativitas dalam pembelajaran menuntut iklim yang permissif terhadap existensi individualitas dan penerimaan terhadap rasa humor, disamping tetap memegang teguh rasa hormat, kepercayaan dan komitment sebagai norma yang berlaku.


       Untuk menumbuhkan kreativitas siswa perlu diberi kesempatan untuk bersibuk diri secara kreatif, pendidik hendaknya dapat merangsang siswa untuk melibatkan dirinya dalam kegiatan kreatif dengan membantu mengusahakan sarana dan prasarana yang diperlukan.


       Salah satu inisiatif guru agama yang dapat menumbuhkan kreativitas belajar siswa pada tujuan utama pendidikan yaitu dengan menggunakan metode probing question (pertanyaan menggali) dengan menggunakan metode probing question menjadikan siswa lebih kreatif dalam berfikir dan siswa mendapatkan informasi dari jawaban yang lengkap dan jelas.


       Dari uraian diatas penulis ingin membuktikan bahwa sesungguhnya inisiatif guru agama ini sangat berguna bagi siswa serta dapat menumbuhkan kreativitas belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam. Dalam hal itu mendorong penulis untuk mengadakan penelitian dengan mengambil judul "Inisiatif Guru Agama Dalam Menumbuhkan Kreativitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas XI di SMAN X"


B. Identifikasi Variable dan Rumusan Masalah
    1. Identifikasi Variabel
       Variable adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.6 Sedangkan dalam penelitian ini penulis menggunakan dua variable yang akan dianalisis yaitu:
        a. Variable Inisiatif Guru Agama termasuk pada variabel bebas (independent variabel) yaitu variabel yang mempengaruhi sesuatu atau variabel yang lain. Variabel ini dilambangkan dengan huruf "X".


         b. Variabel kreativitas belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam termasuk pada variabel terikat (dependent variabel) yaitu variabel yang menjadi akibat dari variabel dari lain. Variabel ini dilambangkan dengan huruf "Y".


     2. Rumusan Masalah
         Dalam suatu penelitian rumusan masalah merupakan hal yang penting dan akan menentukan arah suatu penelitian itu sendiri. Dengan demikian rumusan masalah yang jelas dapat digunakan sebagai pedoman dalam menentukan langkah selanjutnya. Berangkat dari latar belakang masalah diatas, dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana inisiatif guru agama pada mata pelajaran pendidikan agama islam kelas XI di SMAN X?
b. Bagaimana menumbuhkan kreativitas belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam kelas XI di SMAN X?
c. Apakah inisiatif guru agama dapat menumbuhkan kreativitas belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam di SMAN X?


C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
     1. Tujuan Penelitian
         Setelah identifikasi masalah selesai dirumuskan maka pada hakikatnya kita telah mempunyai inti dari tujuan penelitian yang dilakuakan. Tujuan penelitian ini dicantumkan dengan maksud agar kita maupun pihak lain yang membaca laporan penelitian ini sesungguhnya.
Adapun tujuan penelitiannya adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Inisiatif Guru Agama pada mata pelajaran pendidikan agama islam kelas XI di SMAN X.
b. Untuk mengetahui bagaimana menumbuhkan kreativitas belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam kelas XI di SMAN X.
c. Untuk membuktikan apakah Inisiatif Guru Agama dapat Menumbuhkan Kreativitas Belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas XI di SMAN X.


      2. Kegunaan penelitian
          Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka kita akan dapat mengharapkan manfaat dari hasil penelitian adalah:
a. Manfaat hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan khususnya dalam menambah pengetahuan tentang inisiatf guru agama dan keefektifannya untuk menumbuhkan kreativitas belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam.
b. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan atau masukan bagi semua pihak yang berkepentingan terutama bagi institute pendidikan islam.


D. Definisi Operasional
      Agar tidak salah pengertian atau penafsiran yang berbeda-beda terhadap judul skripsi ini, kiranya perlu dijelaskan beberapa istilah yang termasuk dalam judul skripsi ini:
  1. Inisiatif : Usaha mula-mula, prakasa. guru agama: Guru adalah orang yang kerjanya mengajar. Agama adalah segenap kepercayaan (kepada Tuhan, Dewa, dan sebagainya) serta dengan ajaran kebatinan dan kewajiban-kewajiban dengan kepercayaan itu. Jadi Inisiatif Guru Agama adalah usaha mula-mula atau ide seseorang dalam mengajar pelajaran agama, dalam hal ini adalah inisiatif guru agama islam.

  2. Menumbuhkan: Berasal dari kata dasar "tumbuh" yang berarti bertambah besar, sempurna dan mendapat imbuhan me-kan sehingga artinya menjadi bertambah sempurna.

  3. Kreativitas: adalah keterampilan untuk menentukan pertalian baru, melihat subyek dari perspektif baru dan membentuk kombinasi-kombinasi baru, dari dua atau lebih konsep yang telah tercetak dalam pikiran.

  4. Belajar: adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

  5. Siswa: adalah murid-murid kelas XI yang belajar di Sekolah Menengah Atas Negeri X.

  6. Pendidikan agama islam: adalah upaya sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.



       Jadi judul secara keseluruhan yang dimaksud oleh penulis dalam penelitian ini adalah "Inisiatif Guru Agama dalam Menumbuhkan Kreativitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas XI di SMAN X " penerapan inisiatif guru agama diharapkan dapat menumbuhkan kreativitas belajar siswa karena dengan inisiatif guru agama akan menyebabkan timbulnya suatu dorongan yang akan ada pada diri siswa sehingga dapat menimbulkan siswa menjadi kretif dalam proses belajar mengajar terutama pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.


E. Alasan Memilih Judul
     Adapun yang menjadi alasan memilih judul penulis mengakat judul skripsi diatas adalah sebagai berikut:
  1. Penulis ingin membuktikan bahwa Inisiatif Guru Agama dapat menumbuhkan kreativitas belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam karena dalam kenyataannya pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar kebanyakan siswa bersifat pasif dan membosankan.

  2. Bagi siswa SMAN X pengajaran yang tidak aktif akan menimbulkan kesulitan belajar yang akhirnya menghambat keberhasilan proses belajar mengajar, oleh karena itu diperlukan inisiatif guru agama untuk menumbuhkan kreativitas belajar siswa sehingga keberhasilan proses belajar mengajar tercapai secara optimal.

  3. sesuai dengan studi penulis ketarbiyaan, maka sudah sewajarnya jika penulis mengakat suatu permasalahan yang berhubungan dengan pendidikan.



F. Sistematika Pembahasan
    Dalam pembahasan skripsi ini, penulis membuat sistematiska pembahasan sebagai berikut:


    BAB I : Merupakan Bab Pendahuluan yang memberikan gambaran secara umum kepada pembaca mengenai isi skripsi ini. Didalamnya berisi Latar Belakang Masalah, Identifikasi Variabel dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Hipotesis, Definisi Operasional, Alasan Memilih Judul, Metode penelitian meliputi: Pendekatan Penelitian, Populasi dan Sampel, Jenis dan Sumber Data, Metode Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data, dan Sistematika Pembahasan.


      BAB II : Pada Bab ini akan dibahas mengenai Landasan Teori yang memaparkan tentang A: Tinjauan Mengenai Inisiatif Guru Agama yang meliputi Pengertian Inisiatif Guru Agama, Syarat Guru Agama, Fungsi dan Peran Guru Agama, Sifat-Sifat Guru Agama, Tujuan Inisiatif, Ciri-ciri Guru inisiator B: Tinjauan Tentang Kreativitas Belajar Siswa Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam yang meliputi Pengertian Kreativitas Belajar, Ciri-ciri Kreativitas Belajar, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas Belajar, Tahap-tahap Kreativitas, Pengertian PAI, Tujuan PAI, Ruang Lingkup PAI, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi PAI D: Tinjauan Tentang Inisiatif Guru Agama Dalam Menumbuhkan Kreativitas Belajar Siswa


       BAB III : Paparan hasil penelitian yang mencakup tentang A: tinjauan tentang gambaran umum Obyek penelitian yang meliputi: Sejarah Singkat, Visi dan Misi, Obyek Penelitian, Keadaan Sarana dan Prasarana di SMAN X Gresik, Keadaan guru, Karyawan dan siswa SMAN X Gresik, Struktur organisasi. B: Tinjauan tentang Penyajian data yang meliputi Penyajian data observasi, Penyajian data interview dan Penyajian data angket. C: Tinjauan tentang Analisis data yang meliputi: Analisis data tentang kreativitas belajar siswa dan analisis data tentang Inisiatif Guru Agama Dalam Menumbuhkan Kreativitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI.


      BAB IV : Penutup yang berisikan tentang A: Kesimpulan, B: Saran-saran, dan C: Kata Penutup, kemudian dilanjutkan dengan Daftar Kepustakaan dan Lampiran-lampiran.

Minggu, 29 Mei 2011

Skripsi Korelasi Antara Kemampuan Kognitif Dengan Sikap Keagamaan Siswa Pada Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di SDN X

(KODE PEND-AIS-0050) : SKRIPSI KORELASI ANTARA KEMAMPUAN KOGNITIF DENGAN SIKAP KEAGAMAAN SISWA PADA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDN X








BAB I
PENDAHULUAN




A. Latar Belakang
    Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai kegiatan sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaannya berada dalam sebuah proses yang berkesinambungan dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan, semuanya berkaitan dalam suatu sistem pendidikan yang integral. Pendidikan sebagai suatu sistem tidak lain dari sesuatu totalitas fungsional yang ada dalam sistem tersusun dan tidak dapat terpisahkan dari rangkaian unsur atau komponen yang berhubungan secara dinamis dalam suatu kesatuan.


     Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia telah diatur dalam undang-undang RI no: 20 tahun 2003 pada bab ke II, pasal 3 yang berbunyi: "pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab".


      Secara garis besar pendidikan adalah upaya membentuk suatu lingkungan untuk anak yang dapat meransang perkembangan potensi-potensi yang dimilikinya dan akan membawa perubahan yang diinginkan dalam kebiasaan dan sifatnya.


       Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan disekolah dasar bertujuan untuk mengembangkan potensi anak didik dalam bentuk penanaman dasar keimanan, ketakwaan, hidup sehat, penguasaan membaca, menulis, berhitung dan dasar-dasar keilmuan dan kecakapan; pembiasaan berpikir kreatif dan bekerja mandiri; penghayatan keindahan; aktualisasi nilai-nilai dan penerapan prinsip demokrasi; penanaman kepekaan dan tanggung jawab social; pengenalan karakter bangsa; pemeliharaan lingkungan alam dan pelaksanaan tugas secara bertanggung jawab.


     Adapun proses-proses perkembangan individu yang berkaitan lansung dengan kegiatan belajar di Sekolah Dasar adalah:
  1. Perkembangan motor (motor development), yakni proses perkembangan yang progresif dan berhubungan dengan perolehan aneka ragam ketrampilan fisik anak (motor skill);

  2. Perkembangan kognitif (cognitive development), yakni perkembangan fungsi intelektual atau proses perkembangan kemampuan/kecerdasan otak anak; dan.

  3. Perkembangan social dan moral (social and moral development),yakni proses perkembangan mental yang berhubungan dengan perubahan-perubahan cara anak dalam berkomunikasi dengan obyek atau orang lain, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok.



       Menurut teori Bloom yang dikenal dengan ‘’Taxonomy Bloom’’ tentang ranah psikologis anak antara lain yaitu kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah psikologis yang lebih penting adalah ranah kognitif. Ranah kejiwaan yang berkedudukan pada otak ini, dalam perspektif psikologi kognitif adalah sumber sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan lainnya, yakni ranah afektif (rasa) dan psikomotor (karsa). Tidak seperti organ-organ tubuh lainnya, organ otak sebagai markas fungsi kognitif bukan hanya menjadi penggerak aktivitas akal pikiran melainkan juga menara pengontrol aktivitas perasaan dan perbuatan.


       Kemampuan kognitif adalah proses mengolah informasi yang menjangkau kegiatan kognisi, intelegensia, belajar, pemecahan masalah, dan pembentukan konsep. Secara lebih luas menjangkau kreativitas, imajinasi dan ingatan. Pada dasarnya kemampuan kognitif merupakan hasil belajar. Sebagaimana diketahui bahwa hasil belajar merupakan perpaduan antara faktor pembawaan dan lingkungan (faktor dasar dan ajar).


      Menurut Sumantho dari bukunya "Andi Mappi Are" ada beberapa hal yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak antara lain:
  1. Bertambahnya informasi yang disimpan (dalam otak) seseorang sehingga dapat berfikir reflektif.

  2. Banyaknya pengalaman dan latihan-latihan memecahkan masalah sehingga seseorang dapat berfikir professional.

  3. Adanya kebebasan berpikir, menimbulkan keberanian seseorang dalam menyusun hipotesis yang radikal, kebebasan menjajaki masalah secara keseluruhan dan menunjang keberanian anak memecahkan masalah serta menarik kesimpulan yang baik dan benar.



       Kita akui bersama bahwa setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda sesuai dengan berbagai aspek yang mempengaruhinya. Dari perbedaan kemampuan ini sekolah dasar sebagai lembaga pendidikan formal berkewajiban memberikan kesempatan belajar seluas-luasnya kepada semua anak untuk mengembangkan dirinya seoptimal mungkin sesuai dengan bakat dan kemampuan yang dimilikinya serta memberinya kebebasan untuk bereksplorasi dengan apa yang ia dapat didalam kelas.


        Menurut Arnold Gessel, seseorang mempunyai perasaan ketuhanan sejak ia pada berusia bayi. Perasaan ini sangat memegang peranan penting dalam memgembangkan sikap keagamaan seseorang. Adapun sikap keagamaan pada anak usia sekolah dasar (6-12 tahun) adalah sebagai berikut :
  1. Sikap keagamaan anak masih bersifat reseptif namun sudah disertai dengan pengertian.

  2. Pandangan dan paham ketuhanan diperolehnya secara rasional berdasarkan kaidah-kaidah logika yang berpedoman kepada indikator-indikator alam semesta sebagai manifestasi dari keagungan-Nya.

  3. Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan ritual diterimanya sebagai keharusan moral.



      Periode sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama sebagai kelanjutan periode sebelumnya. Kualitas keagamaan anak akan sangat dipengaruhi oleh proses pembentukan atau pendidikan yang diterimanya. Menurut Zakiah Darajat, Mengemukakan bahwa Pendidikan Agama disekolah dasar merupakan dasar bagi pembinaan sikap positif terhadap agama dan pembentukan kepribadian dan akhlak anak. Dalam hal ini sikap keagamaan siswa berhubungan dengan pemahaman siswa terhadap Pendidikan Agama Islam.


      Perlu kita ketahui bahwa siswa yang memiliki kemampuan kognitif tinggi maka keyakinan dan penghayatan siswa menjadi kuat jika dilandasi oleh pengetahuan dan pemahamannya terhadap ajaran dan nilai agama Islam. Sehingga siswa dapat merealisasikan dalam bentuk sikap keagamaan pada kehidupan sehari-hari. Namun, tidak menuntut kemungkinan siswa yang memiliki pengetahuan, pemahaman dan keyakinan yang tinggi terhadap ajaran agama Islam, Sering kali mengabaikan ajaran agama Islam seperti halnya sholat. Padahal Islam mengajarkan agar kita sholat pada waktunya.


        Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kemampuan kognitif dengan sikap keagamaan siswa pada pelajaran Pendidikan Agama Islam, maka penulis mengkaji dan meneliti permasalahan tersebut dengan judul skripsi "STUDI KORELASI KEMAMPUAN KOGNITIF DENGAN SIKAP KEAGAMAAN SISWA PADA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDN X"


B. Rumusan Masalah
     Dari latar belakang diatas timbul suatu permasalahan, sehingga perumus merumuskan masalah sebagai berikut:
  1. Bagaimana kemampuan kognitif pada pelajaran pendidikan agama Islam di SDN X?

  2. Bagaimana sikap keagamaan siswa pada pelajaran pendidikan agama Islam di SDN X?

  3. Adakah korelasi kemampuan kognitif dengan sikap keagamaan siswa pada pelajaran pendidikan agama Islam di SDN X?



C. Definisi Operasional
     Untuk menghindari adanya bias yang dapat ditimbulkan dari pembahasan dan judul penelitian yang penulis buat, maka ada beberapa kata dan istilah yang perlu penulis tegaskan, antara lain:
     1. Korelasi
         Korelasi bisa diartikan suatu hubungan sebagai asosiasi antara variabel atau hubungan yang bersifat prediksi dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Korelasi juga bisa diartikan sebagai keterkaitan, hubungan antara dua variabel atau lebih yang pada dasarnya memiliki perbedaan tapi memberikan implikasi satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara kemampuan kognitif dengan sikap keagamaan siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.


     2. Kemampuan Kognitif
        Menurut Bloom, proses belajar baik disekolah maupun diluar sekolah, menghasilkan tiga pembentukan kemampuan yang dikenal sebagai taxonomy Bloom, yaitu kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek kognitif terdiri dari enam tingkatan yaitu:
a.  Pengetahuan (Mengingat, Menghafal).
b.  Pemahaman (Menginterprestasikan).
c.  Penerapan (Menggunakan konsep untuk memecahkan masalah);
d. Analisis (Menjabarkan suatu konsep);
e. Sintesis (Menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh);
f.  Evaluasi (Membandingkan nilai, ide, metode, dan sebagainya).


     Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi tiap-tiap orang. Pada dasarnya kemampuan kognitif merupakan hasil belajar. Sebagaimana diketahui bahwa hasil belajar merupakan perpaduan antara faktor pembawaan dan lingkungan (faktor dasar dan ajar).


       Proses belajar mengajar adalah upaya menciptakan lingkungan yang bernilai positif, diatur dan direncanakan untuk mengembangkan faktor dasar yang dimiliki oleh anak. Dalam hal ini tingkat kemampuan kognitif tergambar pada hasil belajar yang diukur dengan tes hasil belajar pada materi Pendidikan Agama Islam.


      3. Sikap
         Sikap adalah kesiapan yang kompleks dari seseorang individu untuk memperlakukan suatu objek. Adapun sikap yang dimaksudkan dalam penulisan ini adalah kesiapan atau kecenderungan siswa untuk bereaksi yang dimanifestasikan dalam bentuk tingkah laku terhadap materi pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diterimanya dari guru agama baik yang dilakukan di sekolah, maupun diluar sekolah.


    4. Keagamaan
        Keagamaan adalah sifat-sifat yang terdapat dalam agama atau segala sesuatu mengenai agama. Jadi sikap keagamaan adalah suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya pada agama.


       Yang dimaksud sikap keagamaan dalam skripsi ini adalah sikap individu terhadap diri sendiri, sikap individu di sekolah yang meliputi hubungan individu dengan guru dan teman sekelas, sikap individu dirumah yang meliputi hubungan individu dengan orang tua.


     5. Pendidikan Agama Islam
        Dalam hal ini materi pendidikan agama Islam yang diajarkan di kelas IV pada semester genap yang meliputi: Surat Al-Kautsar (al-Qur'an), Iman kepada malaikat-malaikat Allah SWT (Aqidah), Hormat kepada guru dan tetangga (Akhlak).


D. Tujuan dan Signifikansi Penelitian
     Adapun tujuan dan kegunaan dari penelitian ini sebagai berikut :
     1. Tujuan Penelitian
         a. Untuk mengetahui bagaimana kemampuan kognitif pada pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN X.
         b. Untuk mengetahui bagaimana sikap keagamaan siswa pada pelajaran pendidikan agama Islam di SDN X.
          c. Untuk menemukan ada dan tidaknya korelasi antara Kemampuan kognitif dengan sikap keagamaan siswa pada pelajaran pendidikan agama Islam di SDN X.


     2. Kegunaan Penelitian
        Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi:
        a. Secara teoritis
  • Penelitian ini dapat dijadikan sebagai karya ilmiah dalam upaya mengembangkan kompetensi penulis serta untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi program sarjana strata satu (S1) jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah.

  • Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah khazanah ilmu pengetahuan dalam pendidikan, khususnya dalam kemampuan kognitif siswa pada waktu proses belajar mengajar.



        b. Sosial Praktis
          Guru: Sebagai masukan bagi guru sehingga dalam pembelajaran guru dapat mengantisipasi kemungkinan kesulitan belajar yang dihadapi anak dalam proses belajar mengajar.


            Siswa: Dapat membantu siswa dalam meningkatkan pengetahuan dan pengamalan sikap keagamaan pada pelajaran pendidikan agama Islam.


           Peneliti: Merupakan bahan informasi guna meningkatkan dan menambah pengetahuan serta keahlian dalam mengembangkan ilmu pendidikan di masyarakat.


E. Hipotesis Penelitian
     Hipotesis merupakan prediksi terhadap hasil penelitian yang diusulkan dan diperlukan untuk memperjelas masalah yang sedang diteliti. Berarti Hipotesis merupakan pemecahan sementara atas masalah penelitian yang menjelaskan dua variabel atau lebih. Hipotesis pada umumnya digunakan untuk menggambarkan hubungan antara dua variable yaitu independent variable (X) adalah kemampuan kognitif dan dependen variable (Y) adalah Sikap keagamaan anak pada pelajaran Pendidikan Agama Islam.


     Pernyataan tersebut belum sepenuhnya diakui kebenarannya dan harus diuji terlebih dahulu. Dalam penelitian ini, peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:
     1. Hipotesis Kerja (Ha)
         Hipotesis kerja (hipotesis alternatif) menyatakan bahwa adanya hubungan antara variabel X dan variabel Y, atau yang menyatakan adanya perbedaan antara dua kelompok. Dengan demikian, hipotesis kerja dalam penelitian ini menyatakan adanya korelasi antara kemampuan kognitif dengan sikap keagamaan siswa pada pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SDN X.


     2. Hipotesis Nol (Ho)
         Hipotesis Nol (Hipotesis Statistik), biasanya dipakai dengan penelitian yang bersifat statistik yang diuji dengan penghitungan statistik Hipotesis nol menyatakan bahwa tidak adanya pengaruh antara variabel X dan variable Y. Dengan demikian hipotesis nol dalam penelitian ini menyatakan bahwa tidak adanya korelasi antara kemampuan kognitif dengan sikap keagamaan anak pada Pendidikan Agama Islam (PAI) di SDN X.


F. Sistematika Pembahasan
     Dalam penelitian yang berjudul KORELASI ANTARA KEMAMPUAN KOGNITIF DENGAN SIKAP KEAGAMAAN SISWA PADA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD NEGERI X, menggunakan sistematika pembahasan sebagai berikut:


      BAB I: Pendahuluan, dalam bab I ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, definisi operasional, tujuan dan kegunaan penelitian, hipotesa, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan yang dibahas sebagai pengantar untuk memasuki bab-bab berikutnya.


       BAB II: Landasan teori, dalam bab II ini peneliti membagi dalam 2 (dua) masalah yang merupakan konsep untuk menjalankan teori yang akan dihubungkan sebagai berikut: bahasan masalah kemampuan kognitif, meliputi pengertian kemampuan kognitif, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif, kawasan kognitif, teori-teori kognitif, arti penting kemampuan kognitif bagi proses belajar terutama pada pelajaran pendidikan agama Islam.. Selanjutnya pembahasan tentang sikap keagamaan meliputi: pengertian sikap keagamaan, tujuan sikap keagamaan, faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan, dan bentuk sikap keagamaan. kemudian korelasi kemampuan kognitif dengan sikap keagamaan siswa pada pelajaran pendidikan agama Islam.


        BAB III: Laporan hasil penelitian, yang berisi gambaran umum obyek penelitian, penyajian dan analisa data.


         BAB IV: Penutup, dengan rincian kesimpulan dan saran-saran.
 

Sample text

Sample Text

Sample Text