Pages

Jumat, 11 Maret 2011

Makalah PAI TentangIman kepada Allah



KATA PENGANTAR


Bismillahirahmanirahim
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Pendidikan Agama merupakan bagian integral dari sistem pendidikan nasional. Fungsi dan peranannya sangat penting, terutama dalam meningkatkan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Pada setiap jenjang pendidikan, pendidikan agama wajib diikuti oleh setiap siswa, bahkan termasuksalah satu bidang study yang menjadi penentu kenaikan kelas atau kelulusan.
Dalam proses pencapaian tujuan pendidikan, diperlukan sarana dan perlengkapannya, antara lain buku pegangan siswa. Atas tuntutan itulah, kami susun buku pendidikan Agama Islam ini untuk memenuhi kebutuhan siswa dan guru bidang study, juga, untuk membantu memperlancar proses belajar mengajar(PBM).
Ruang lingkup materi dan analisa pembahasan buku ini,disusun berdasarkan Garis-Garis Besar Ptogram Pengajaran (GBPP). Bidang study pendidikan Agama Islam Edisi 1987, kurikulum sekolah menengah umum tingkat pertama(SMP). Pada setiap pokok bahasan dilengkapi seperangkat lat evaluasi(soal). Bentuk obyektif dan essay/essay berstruktur untuk mengevaluasi tingkat pemahaman siswa. Bentuk tugas dan diskusi disertakan pula, dengan harapan bisa dijadikan salah satu media CBSA.
Buku ini terdiri dari 3 jilid, yaitu:
Jilid 1 untuk kelas 1semester 1dan 2
Jilid 2untuk kelas  2semester 3dan 4
Jil;id 3untuk kelas 3semester 5dan 6
Kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang dengan ikhlas memberi bantuan dan dorongan, hingga buku ini terbit.
Semoga kehadiran buku ini dihadapan peserta terdidik sebagai penerus umat dan bangsa dapat meningkatkan wawasan, penghayatan dan pengalaman Ajaran Agama dalam kehidupan sehari- hari.
Kepada Allah jua bersyukur, memohon ampun, taufik dan hidayah- Nya. Amin….


Bandung, juni 1991
Penerbit



DAFTAR ISI




Hal
Jilid.......................................................................................................................... i
Kata Pengantar..................................................................................................... ii
Daftar isi............................................................................................................... iii
BAB I IMAN KEPADA ALLAH SWT ................................................................ 1
   A   Pengertian Iman kepada Allah SWT. ...................................................... 1
   B.  Sifat- sifat Allah SWT.................................................................................. 1
BAB II SIFAT TERPUJI ...................................................................................... 2
   A   Rendah hati ................................................................................................. 2
   B   Cermat .......................................................................................................... 2
C.     Sabar ............................................................................................................. 3
D.    Jujur ............................................................................................................. 4
BAB III HARI RAYA IDUL FITRI ..................................................................... 6
   A  Takbir ............................................................................................................ 6
   B  Nairuuz dan Mahrajaan ............................................................................. 7



BAB I
IMAN KEPADA ALLAH SWT.




A.           Pengertian Iman Kepada Allah SWT

Iman artinya percaya. Iman kepada Allah SWT yaitu meyakini adanya dzat yang mah besar dan maha kuasa. Dia adalah tuhan semesta alam. Dia yang telah menjadikan langit dan bumi beserta isinya. Dia yang telah menghidupkan makhluk kemudian mematikannya. Dia pula yang memelihara dan memberi rezeki kepada seluruh makhluk-Nya.
Iman kepada Allah adalah rukun iman yang pertama. Setiap muslim wajib meyakini-Nya. Tidk disebut mu’min bagi yang mengingkarinya.
Orang yang beriman laki- laki disebut mu’min, dan perempuan disebut mu’minat.


B.           Sifat-Sifat Allah SWT

Allah itu maha suci dan maha sempurna. Sesuai dengan kesempurnaan-Nya, Dia memiliki sifat- sifat yang maha terpuji. Sifat-sifat itu meliputi wujud(dzat)dan perbuatan (af’al)-Nya. Tidakada sesuatu pun yang dapat menyamainya.
Allah SWT tidak memiliki sifat kekurangan atau kelemahan, karena sifat yang demikian mustahil dimiliki Allah SWT.  Sifat- sifat Allah itu banyak sesuai dengan kesempurnaanya-Nya.



BAB II
SIFAT TERPUJI




A.           Rendah Hati

Rendah hati mengandung pengertian tidak sombong dan tidak membanggakan diri. Sifat yangdemikian merupakan perwujudan sikap seorang muslim yang baik. Orang yang selalu rendah hati akan disayangi dan disegani oleh lingkungan masyarakatnya, karena dia sangat di perlukan dalam membina anggota masyarakat lainnya. Pengertian rendah hati tidak sama dengan rendah diri (minder), yaitu merasa diri rendah dari orang lain;sifat demikian merupakan perbuatan yang jelek. Orang yang rendah hati disebut juga tawadhu.


B.           Cermat

Cermat maksudnya teliti, hati-hati dan waspada dalam setiap tindakan. Orang yang cermat, hati dan fikirannya selalu bersih, serta tidak emosional. Dia selalu menimbang dan memikirkan langkah-langkah perbuatannya, baik dan buruk, manfaat dan madharat, serta akibat-akibat.
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu, dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah siaga (waspada) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntukng.” (Qs. Ali Imran, 3 : 200).
Sikap cermat harus dimiliki oleh setiap muslim, supaya perbuatannya tidak terburu-buru dan tidak terpengaruh oleh hawa nafsu dan bisikan syaitan. Dengan memiliki sifat cermat akan lebih baik dalam tindakan dan tidak akan menyesal di kemudian hari.
Jika para siswa dari sekarang belajar bersikap cermat dalam belajar dan bergaul di masyarakat, insya Allah akan menjadi pelajar yang cerdas dan akan terhindar dari perbuatan buruk.

C.           Sabar

Sabar adalah sifat teguh hati, tidak mengeluh apabila ditimpa musibah atau kesulitan. Sabar adalah sikap jiwa yang penuh dengan keikhlasan. Orang yang sabar (shaabir) selalu bersungguh-sungguh dalam usaha, berdo’a dan bertawakal kepada-Nya.
Bersabar dalam berbagai keadaan diperintah oleh ajaran Islam.
“hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. (Qs. Al-Baqarah, 2 : 153).
Allah SWT senantiasa orang-orang yang sabar, supaya imannya bertambah hebat dan kuat dalam menghadapi berbagai macam rintangan dan tantangan dalam hidupnya.
“Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu dan sedikit ketakutan, kelaparan kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berilah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan; “inna lillahi winna ilaihi raaji’uun” (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami akan dikembalikan). Merka itulah orang-orang yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dan tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Qs. Al-baqarah, 155-157).
Sikap sbar sebaiknya dibuktikan dengan perilaku (amaliyah) dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari.
1.              Sabar Dalam Melaksanakan Ibadah
Ibadah ialah menghambakan diri kepada Allah SWT dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala cegahan-Nya. Dalam pelaksanannya selalu ada godaan, yaitu godaan dari syaitan dan dorongan hawa nafsu yang cenderung berbuat jelek. Di sinilah diperlukan sikap sabar, ulet, bersungguh-sungguh serta dengan memohon diberi kekuatan oleh yang maha kuasa.
2.             Sabar Dalam Menolak Maksiat
Dalam pergaulan di masyarakat sudah menjadi sunatullah (ketentuan Allah) ada orang yang berbuat baik serta mengajak kepada orag lain untuk berbuat kebaikan. Ada pula orang yang berbuat jelek (maksiat), mengajak orang lain supaya berbuat jelek seperti dirinya. Godaan untuk berbuat jelek bisa menimpa kepada orang yrang berbuat baik. Di sinilah diperlukan sabar, yaitu tidak tergoda dengan ajakan yang jelek. Bagi orang Islam, bukan saja berkewajiban menolak kejelekan, tetapi mempunyai untuk merobah kemunkaran dengan kebaikan.
3.             Sabar Ketika Dalam Menerima Musibah
Dalam hidup ini tidak selamanya beruntung atau bahagia, tetapi pada suatu saat menerima kesulitan yang luar biasa, kecelakaan atau menerima bencana alam.
Dalam keadaan yang demikian sangat diperlukan sikap sabar, yaitu menerima keadaan yang telah terjadi, sambil berusaha memperbaiki kehidupan yang baik.
Ketika menerima musibah, rasulullah Muhammad Saw menganjurkan berdo’a supaya apa yang telah terjadi diberi ganjaran dan diganti dengan yang lebih baik.
“Sesungguhnya kami adalah miliki Allah dan kepada-Nya-lah kami dikembalikan. Ya Allah, semoga engkau memberi ganjaran kapaku dari musibahku ini dan semoga engkau mengganti kepada yang lebih baik dari musibah ini.” (HR. muslim).


D.          Jujur

Jujur adalah sifat amanah dan benar, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Orang yang jujur adalah yang menjaga amanat atau kepercayaan dari orang lain yang dibebankan kepadanya. Sikap jujur siajarkan oleh ajaran Islam.
“Dan orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.” (Qs. Al-Mu’minun, 23 : 8).
“hai sekalian orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan jadilah kamu bersama orang-orang yang benar.” (Qs. At-Taubah, 9 : 119).
Sifat jujur akan menimbulkan kepercayaan terhadap diri sendiri. Seperti karena percaya terhadap kemampuan diri maka dalam ulangan tidak akan mencontek. Jika manusia selalu berbuat jujur, maka akan menjadi hamba Allah yang cerdas dan terpuji serta mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Sebaliknya dari perbuatan jujur adalah dusta. Berdusta termasuk perbuatan yang tercela.







BAB III
HARI RAYA IDUL FITRI




Hari raya idul fitri sebagai puncak pelaksanaan ibadah puasa bagi umat Islam, memiliki makna yang berkaitan erat dengan tujuan yang hendak dicapai dan kewajiban berpuasa itu sendiri. Idul fitri secara kebahasaan berarti “hari raya kesucian” atau “hari raya kemenangan”, yakni kemenangan mencapai kesucian setelah melaksanakan puasa.
Perayaan idul fitri merupakan sarana untuk saling bermaapan antar sesama setelah memohon ampun kepada Allah SWT. Sebagai sarana minta maaf, idul fitri juga merupakan ajang menjalin silaturahmi, menjalin kasih sayang yang dimulai dengan meminta maaf kepada orang tua dan sanak sudara. Hal ini pun kemudian menjadi suatu yang sangat mendasar dalam merayakan idul fitri.


Shalat Idul Fitri

Pada hari raya idul fitri (1 syawal) kaum muslim melaksanakan shalat idul fitri secara berjamaah. Hukum shalat idul fitri adalah sunnah (mendapat pahala jika dikerjakan dan tidak berdosa jika ditinggalkan). Syarat dan cara pelaksanaannya sama dengan shalat biasa, tetapi berbeda dalam hal jumlah takbirnya. Takbir shalat idul fitri berjumalh tujuh kali pada rakaat pertama dan lima kali pada rakaat ke dua.


A.           Takbir

Setelah berhasil menjalankan ibadah puasa dengan baik, kaum muslim dianjurkan untuk bertakbir atau mengagungkan asma Allah SWT sesuai hukum pikih, anjuran bertakbir di muali saat matahari tenggelam pada akhir ramadhan hingga menjelang pelaksaan shalat idul fitri. Takbir keliling yang sudah membudaya sesungguhnya merupakan ungkapan kebahagiaan yang telah berhasil memenangkan ibadah berpuasa. Selaintakbir keliling pemukuan bedug juga dimaksudkan untuk memeriahkan datangnya hari raya idul fitri. Kebiasaan memukul bedug sebenarnya hanya merupakan sebuah tradisi setempat. Takbir yang merupakan sarana meluapkan kebahagiaan setelah berpuasa. Itu juga identik dengan semangat jakat fitrah, yang intinya adalah memberi kebahagiaan kepada orang yang tidak mampu. Melalui pemberian jakat pitrah maka pada hari raya idul fitri tidak ada orang yang bersedih dan meminta-minta karena saat itu merupakan hari kebahagiaan.
Halal bihalal pada hari raya idul fitri masyarakat muslim Indonesia biasa mengadakan pertemuan yang disebut “hala bihalal”. Pertemuan itu dimaksudkan untuk memepererat hubungan silaturahmi dan saling memaafkan kesalahan.


B.           Nairuz Dan Mahrajan

Pada masa pra Islam di kenal dua macam hari raya yang disebut Nairuz dan mahrajan. Setelah Islam diajarkan, Nabi Muhammad Saw bersabda “Sesungguhnya Allah telah mengganti untuk kalian dua hari yang lebih dari pada keduanya, yaitu hari raya idul fitri dan idul adha.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Sample Text

Sample Text