Pages

Sabtu, 20 April 2013

Makalah Fisika Tentang Praktikum Fisika Dasar I

metode eksperimen fisika laser
Foto | makalah3satu
Isi : Praktikum Fisika Dasar I
Author : Dhika
Sumber : http://mahasiswa-sibuk.blogspot.com/

NB: Jika anda ingin membantu kawan-kawan kita yang lagi membutuhkan bahan-bahan makalah, skripsi atau yang lainnya bisa anda sumbangkan disini

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari ilmu fisika, dimulaidari yang ada dari diri kita sendiri seperti gerak yang kita lakukan setiap saat,energi yang kita pergunakan setiap hari sampai pada sesuatu yang berada diluar diri kita,seperti yang ada dilingkungan kita.

Dalam jenjang perguruan tinggi, seorang mahasiswa diharapkan tidak hanya mengikuti perkuliahan dengan baik, namun lebih dari itu juga dituntut untuk mendalami dan menguasai disiplin ilmu yang dipelajarinya sehingga nantinya akan menghasilkan sarjana-sarjana yang berkualitas dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata dan bermanfaat bagi masyarakat.

Disiplin ilmu teknik merupakan disiplin ilmu yang eksak dan banyak menerapkan ilmu-ilmu murni yang diterapkan kepada masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga ilmu-ilmu yang berhubungan dengan bidang-bidang keteknikan mutlak untuk dikuasai mahasiswa teknik, tidak hanya dari segi teori juga dari segi prakteknya. Apalagi dalam menghadapi era globalisasi saat ini, serta pasar bebas yang akan segera kita masuki, lebih menuntut penguasaan dan penerapannya dalam menghadapi masalah-masalah yang kompleks.

Ternyata dalam aplikasi ilmu tersebut, tgas yang diberikan kepada mahasiswa tidak akan dikuasai sempurna tanpa adanya praktek-praktek yang merupakan salah satu sarana yang baik untuk menguasai ilmu sekaligus mempraktekannya. Demikian juga dengan praktikum Fisika Dasar I ini.
Fisika dalam bidang teknik khususnya Teknik Sipil merupakan hal yang sangat penting dan benar-benar harus dikuasai secara teori dan praktek. Dengan latar belakang itulah, maka kami mahasiswa teknik sipil semester I diberi tugas praktikum mata kuliah Fisika Dasar yang dilaksanakan di Laboratorium Pusat dibawah bimbingan dosen dan team asisten pembantu dosen.

1.2 Tujuan Penulisan
  1. Memperdalam wawasan pengetahuan tentang mata kuliah Fisika Dasar I.
  2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh praktikum fisika dasar I dalam kehidupan sehari-hari.
  3. Dapat menggunakan alat-alat ukur dengan baik dan benar.
  4. Mengembangkan daya nalar mahasiswa untuk menganalisa data dan membuktikan kebenaran ilmiah.
  5. Menunjang pemahaman materi kuliah yang disampaikan dosen.
Untuk mengetahui langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan dalam menggunakan alat ukur jangka sorong, micrometer sekrup,spherometer,kesetimbangan,bandul sederhana,dan gesekan.

1.3 Landasan Teori
Terdapat berbagai macam alat ukur untuk menentukan ukuran panjang antara lain mistar, jangka sorong, micro meter sekrup, dll. Alat-alat tersebut disebut alat ukur langsung karena obyek yang diukur akan dibandingkan dengan skala pada alat ukurnya secara langsung.
Perlu diingat definisi konsep yang berkaitan dengan pengukuran antara lain :
  1. Sistem satuan : ………?
  2. Batas ukur : ………?
  3. Ketelitian : ………?
Alat ukur massa yang umum adalah neraca, sedangkan alat ukur waktu adalah arloji atau stopwatch.
Besaran ukuran dapat ditentukan dengan mengukur besaran dasar tersebut, misalnya ukuran luas kertas ditentukan oleh panjang dan lebar kertas. Ukuran volume balok dinyatakan dengan panjang, lebar dan tebalnya. Di sini perlu diingat konsep yang berkaitan dengan menyatakan hasil pengukurannya, misal : Angka penting, ketidakpastian hasil/ralat, dll.

1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:

  1. Adakah pengaruh praktikum fisika dasar I dalam kehidupan sehari-hari?
  2. Bagaimana cara menggunakan alat-alat ukur dengan baik dan benar?
  3. Langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan dalam menggunakan alat ukur jangka sorong,micrometer sekrup,spherometer,kesetimbangan,bandul sederhana,dan gesekan?


BAB II
PEMBAHASAN


Mengukur ialah membandingkan suatu yang diukur dengan sesuatu lain yang sejenis yang ditetepkan sebagai satuan.Dalam pengukuran anda mungkin menggunakan satu instrument (alat ukur)/lebih untuk menentukan nilai dari suatu besaran fisis.Hal yang harus diperhatikan ketika melakukan pengukuran adalah memilih dan merangkaikan instrument secara benar.Selanjutnya menentukan langkah-langkah pengukuran dengan benar dan membaca nilai yang ditunjukkan instrument secara tepat. Ketika anda menghitung suatu besaran fisis dengan menggunakan instrument,tidaklah mungkin anda akan mendapatkan nilai besaran X0,melainkan selalu terdapat nilai ketidakpastian.

Ketidakpastian pengukuran yaitu perbedaan antara dua hasil pengukuran,ketidakpastian juga disebut kesalahan,sebab menunjukkan perbedaan antara nilai yang diukur dengan nilai yang sebenarnya.Hal ini bisa di sebabkan beberapa factor,factor itu dalam 2 garis besar,ketidakpastian bersistem dan ketidak pastiaan acak.
  • Ketidakpastian bersistem
Kesalahan kalibrasi,kesalahan dalam memberi skala pada waktu alat ukur sedang dibuat,sehingga tiap kali alat itu digunakan ketidakpastian selalu muncul dalam tiap pengukuran.Kesalahan titik nol,titik nol skala alat ukur tidak berimpit dengan titik nol jarum penunjuk alat ukur.
  • Ketidakpastian acak
Gerak Brown Molekul Udara,jarum penunjuk skala alat ukur terpengaruhi.Frekuensi tegangan listrik,perubahan pada PLN,dan lain-lain.

Pengukuran dapat dilakukan dengan dua cara,yaitu secara langsung dan secara tidak langsung.Pengukuran secara langsung adalah ketika hasil pembacaan skala pada alat ukur secara langsung menyatakan nilai besaran yang diukur,tanpa perlu dilakukan penambahan,mengambil rata-ratanya ataupun menggunakan rumus untuk menghitungnilai yang di inginkan.Pengukuran secara tidak langsung adalah memerlukan perhitungan-perhitungan tambahan.

Contoh pengukuran langsung adalah menimbang massa sebuah benda dengan neraca,sedangkan pengukuran tidak langsung contohnya mengukur luas persegi panjang,ketika menimbang kita langsung membaca berapa massa yang ditimbang dalam skala timbangan,ketika mengukur luas sebuah persegi panjang,kita mengukur panjang dua buah sisi persegi panjang tersebut untuk selanjutnya menghitung luas persegi panjang dengan rumus sisi x sisi.

Setiap pengukuran yang dilakukan oleh siapapun dan memakai alat apapun selalu disertai dengan kesalahan (ragu-ragu) nilainya.Besar kevil kesalahan ini bergantung pada:

  1. Banyak sedikitnya sumber-sember kesalahan yang menyertai pada saat pengukuran berlangsung
  2. Keadaan daripada alat ukur
  3. Kondisi indra pengamat

Pada percobaan dan pengukuran terdapat dua macam kesalahan,yaitu :
  1. Kesalahan sistematis
Kesalahan yang menyebabkan kesalahan sistematis di antaranya karena :

  1. Kesalahan kalibrasi alat
  2. Kesalan hasil pengukuran akibat dari ketidakpastian harga skala pada saat alat ukur dibuat.
  3. Kesalahan nol
  4. Titik nol skala tidak berimpit dengan petunjuknya
  5. Kesalahan eksperimen
  6. Misalnya terjadi jika satu alat ukur sudah di kalbrasi pada keadaan tertentu,kenudian digunakan untuk keadaan lain,atau juga bisa terjadi akibat salah cara menggunakan alat.
  7. Kesalahan pengamat
  8. Kesalahan membaca skala,ini disebabkan karena salah cara memandang skala atau juga karena kerusakan mata pengamat.
  9. Kesalahan random
Penyebabkan terjadinya kesalahan random adalah:
  1. Gerak Brown molekul udara yang mempengaruhi petunjukan alat-alat halus.
  • Kesalahan yang berfluktuasiyang menyebabkan adanya perubahan-perubahan sedikit yang terjadi secara tidak teratur.
  • Gangguan-gangguan kecil yang terjadi di dekat laboratorium.
  • Ketidakteraturan ukuran benda,mempengaruhi hasil pengukuran sehingga hasil pertama tidak sama dengan ukuran selanjutnya.
Alat ukur yang sering digunakan di laboratorium adalah jangka sorong, dan mikrometer sekrup, serta spherometer. Semua jenis alat ukur tersebut akan dibahas di dalam makalah ini.
Selain itu, di dalam makalah ini juga akan dibahas mengenai Kesetimbangan, Bandul Sederhana, dan Gesekan.

Untuk pembahasan masing-masing judul, penulis mempostingnya terpisah. Silahkan klik link di bawah ini untuk membacanya.

JANGKA SORONG
MIKROMETER SEKRUP
SPHEROMETER
KESETIMBANGAN
BANDUL SEDERHANA
GESEKAN


BAB III
PENUTUP


3.1. KESIMPULAN

Jangka Sorong

Jangka sorong yang digunakan untuk mengukur diameter luar, diameter dalam, tinggi benda, dan kedalaman benda dapat dipakai bagian pisau ukur luar untuk mengukur diameter luar dan tinggi benda, pisau ukuran salam untuk mengukur diameter dalam, dan pisau ukuran kedalam untuk mengukur kedalaman benda.
Ketelitian jangka sorong dapat diperoleh melalui dua cara, yaitu:
Dapat sari selisih nilai terkecil dari skala utama, dan nilai terkecil dari skala nonius.
Nilai skala terkecil nonius = 1/n (nst tanpa nonius)
= 1/n (1 mm)
= 1:20 (1 mm)
= 0,05 mm
Hasil pengukuran tidak secara langsung memperlihatkan nilai ketidakpastiannya, ketika didefinisikan dengan benar, kesalahan/ketidakpastian hanya berkenaan dengan pengukuran yaitu untuk memperkirakan suatu nilai eksak dalam pengukuran, tidak mungkin pasti karena adanya penyimpangan, akan tetapi pengukuran dapat mendekati nilai tersebut, dapat diperoleh dari tingkat ketepatan suatu alat, seperti jangka sorong yang digunakan adalah 0,05 mm.

Mikrometer Sekrup

Mikrometer Sekrup merupakan alat ukur panjang yang mempunyai batas ukur maksimal 25 mm, dengan ketelitian 0,01 mm. Dapat digunakan untuk mengukur benda yang berukuran mikro (kecil) seperti untuk mengukur tebal kertas, tebal pisau silet dan diameter kawat.


Adapun bagian bagian dari mikrometer sekrup adalah sebagai berikut :
  1. Landasan penjempit.
  2. Lengan sekrup.
  3. Skala utama.
  4. Skala nonius.
  5. Pemutar, dan
  6. Sekrup penggeser.
Mikrometer sekrup memiliki nonius skala putar 50 skala, untuk mendapatkan ketelitian pengukuran dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
  1. Faktor alat
  2. Faktor pelaku pengukuran
Spherometer
Spherometer merupakan alat ukur yang memiliki tingkat ketelitian 0,01 mm. Setelah mendapat hasil percobaan kita dapat mengetahui jari-jari kelengkungan lensa cembung dan lensa cekung, dengan rumus:
R=(1:2) h + S?(6H)
Dimana :
R = jari-jari
H = hasil dari skala utama + skala nonius
S = jarak kaki tetap pada spherometer, dimana nilainya = 5 cm
Untuk mengukur tebal kaca, jari-jari kelengkungan lensa cembung dan lensa cekung dengan cara cara menyeimbangkan posisi tiga kaki tetap, memutar kaki yang bisa naik dan turun untuk mengukur skala nonius dan skala utamanya.
Setiap pengukuran selalu disertai dengan kesalahan (kekurangan nilai hasilnya) baik karenan kondisi alat ukur maupun kesalahan posisi mata pengamat.

Kesetimbangan
Gaya-gaya yang berkerja pada kesetimbangan dapat ditentukan dengan berbagai cara, yaitu:
  1. Berdasarkan resultan gaya yang berkerja pada titik kesetimbangan sama dengan nol.
  2. Besarnya gaya-gaya yang berkerja dapat dibandingkan dengan sinus. Atau dapat diartikan bahwa setiap besarnya gaya dan sinus seberangnya selalu bernilai sama.

Bandul Sederhana
Pendulum adalah beban yang diikat dengan tali dan digantungkan pada suatu tempat dimana tali yang digunakan tidak dapat mulur.
Jika beban m ditarik dari posisi seimbang dengan sudut simpangan tidak lebih dari 100, kemudian dilepaskan, maka beban akan berayun pada beban vertical. Gerak bolak balik pada bandul disebut bandul sederhana.
Untuk menetukan waktu --- ayunan dapat menggunakan stopwatch.
Hitung panjang tali dengan periode getar yang dinyatakan dalam persamaan
T=2

Gesekan
Gaya gesekan adalah suatu gaya yang memnyumbang pada kodisi keseimbagan benda. Koefesien gesekan timbul karena adanya perpaduan antara dua permukaan.
Koefesien gesekan statis adalah koefesien gesekan antara dus permukaan yang diam, sedangkan koefesien gesekan kinetis adalah koefesien yang terjadi pada benda-benda yang beradu dimana benda yang satu bergerak relatif terhadap yang lainnya.
Tiga hukum tentang gesekan yang mengatakan bahwa gaya antara dua benda yang bergesekan adalah:
  1. Sebanding dengan gaya normal
  2. Tidak tergantung pada luas persinggungan
  3. Tidak bergantung pada kecepatan relatif.

3.2. KRITIK DAN SARAN

Pendidikan fisika merupakan satu mata kuliah yang tergolong rumit, yang pada dasarnya teori-teori yang di pelajari tidak akan berkembang tanpa adanya praktikum. Dalam ilmu pendidikan teori atau studi dengan praktek adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan, dengan praktek teori-teori yang dipelajari akan terasa lebih terealisasikan.
Namun yang lebih menunjang untuk melakukan praktek adalah sarana dan psarana, alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum, semua hal itu merupakan infrastruktur untuk menuju kesuksesan dalam studi maupun praktikum mata kuliah fisika.
Untuk itu, dimohon untuk perbaikan dalam sarana dan psarana dalam penyediaan alat praktikum, dan segala hal yang berhubungan dengan praktikum.




DAFTAR PUSTAKA


  • Sign Up Privacy policy
  • http://berita-iptek.blogspot.com/2008/06/mikrometer.html
  • http://en.wikipedia.org/wiki/Spherometer.html
  • http://fisikawanunmul.blogspot.com/2010_10_01_archive.html
  • http://ichwanromo.wordpress.com/2010/01/22/kesetimbangan-benda-tegar/
  • http://id.wikipedia.org/wiki/Gerak_harmonik_sederhana
  • http://wizardh6lic.blogspot.com/2010/04/pengukuran-fisika.html
  • http://www.dquark-albani.co.cc/2010/03/osilasi-sistem-osilasi-harmonis-
  • suatu.html
  • http://www.gurumuda.com/gaya-gesekan
  • http://www.gurumuda.com/keseimbangan-benda-tegar
  • http://www.gurumuda.com/pendulum-sederhana-bandul
  • http://www.hendria.com/2010/03/gaya-gesek_18.html
  • http://www.tentangkayu.com/2008/07/caliper-review-dan-ringkasan-
  • fungsi.html
  • http://www.yanto-triyanto.co.cc/2009/10/jangka-sorong-vernier-caliper.html
  • Kanginan, Marthen. 2004. Fisika untuk SMA 2A. Jakarta : Erlangga
  • Kanginan. Marthen., 2004. Fisika 1A. Jakarta:Erlangga.
  • Resstnick. Halliday., 1999. Fisika Dasar I. Jakarta:Erlangga.
  • Rochim, Taufik dan Soetarto. 1980. Teknik Pengukuran (Metrologi
  • Industri ). Semarang: PT. Cipta Sari
  • Ruwanto, Bambang. 2007. Fisika 2 SMA/MA kelas XI. Jakarta : Yudhistira
  • Sumardi. Gar, dkk., 1994. Materi Pokok Mekanika. Jambi:
  • Universitas Jambi.
  • Sutrisno. 1986. Fisika Dasar Mekanika I.Bandung:ITB.
  • Tim Fisika Dasar 1. 2006. Penuntun Praktikum Fisika Dasar 1. Jambi :
  • Universitas Jambi
  • Umar, Efrizon. 2007. Fisika Dan Kecakapan Hidup. Jakarta: Ganeca exact.
  • Zemansky. Sear., 1994. Fisika untuk Universitas 1. Jakarta:Erlangga .

1 komentar:

 

Sample text

Sample Text

Sample Text